Semburan sinar mentari mulai menyapa bumi dan isinya. Di iringi
dengan kicauan burung yang saling bersahutan. Sungguh senandung pagi yang indah. Seindah hati
Rara yang hari ini akan memulai hari pertamanya menduduki bangku SLTP favorit yang ia
idam-idamkan selama ini.
"Mama, ayo buruan. Rara udah telat nih. MOS-nya kan mulai pukul 6.30 pagi berarti Rara harus
sudah sampai sekolah 15 menit sebelum MOS di mulai," ujar Rara begitu semangat. "Iya Ra, Mama
tadi habis pakein popok adik. Ya udah, ayo kita berangkat" sahut mamanya. Mereka lalu
menghentikan angkot yang menuju sekolah itu. Setelah sampai di sekolah itu, Rara langsung
bergabung dengan teman-teman barunya.
Kebetulan ada beberapa teman SD-nya yang juga masuk sekolah ini sehingga Rara tidak terlalu
merasa asing. Setelah bel sekolah berbunyi, seluruh murid kelas satu berkumpul di lapangan. Mereka
mendapat pengarahan dari kepala sekolah dan ketua pelaksana Masa Orientasi Siswa (MOS). Saat
sedang diberi pengarahan, Rara sekilas melihat ke barisan pria. Dia sedikit tertegun, di situ ada pria
memakai seragam hitam-hitam.
Dia heran, harusnya hari ini berseragm putih-putih. Rara ingin melihat wajahnnya, namun pria itu
selalu menunduk. Kalau kakak kelas sampai melihat, dia pasti di hukum, ucap Rara dalam hati. Lalu
dia berbisik ke Vina, temannya yang berdiri di dekatnya. "Eh, kamu lihat cowok itu di sana.
Dia kok pakai baju serba hitam sih? Apa nanti tidak dihukum?".
Vina mencari pria yang dimaksud Rara. Namun ia tidak melihatnya, "Cowok yang mana Ra? Sejauh
mata aku melihat, semuanya pakai seragam putih putih". Rara pun kembali melihat ke arah pria
hitam tadi. Dia terkejut. Ternyata cowok itu sudah tidak ada! Selesai pengarahan, murid-murid
dibubarkan. Mereka menuju kelas sementara yang sudah ditetapkan oleh panitia MOS.
Seharian itu di isi oleh berbagai kegiatan MOS. Mulai dari baris berbaris, perkenalan setiap ruangan
di sekolah, guru-guru bidang studi, hingga penjaga kantin dan satpam di sekolah itu. Seluruh penjuru
yang ada di sekolah itu diperlihatkan kepada semua murid baru. Sampai akhirnya mereka memasuki
ruangan UKS.
"Adik-adik, ini adalah ruang UKS sekolah kita. Disini adalah markas daripada kakak-kakak Palang
Merah Remaja kalian. Nah, kalau dari kalian ada yang berminat untuk mengikuti ekstrakulikuler
PMR, ruangan ini akan menjadi sahabat kalian" ucap kakak pemandu itu. Rara tak hentinya
mengamati secara detail setiap bagian dari ruang UKS tersebut.
Di situ ada foto kakak kelas pada saat mengikuti lomba PMR, foto saat membuat tandu dan lainnya.
Saat Rara sedang asik mengamati, tiba-tiba ia mencium bau anyir seperti bau darah. Rara sontak
menutup hidungnya "Vin, bau apa sih ini?" bisik Rara kepada Vina.
"Iya, seperti bau amis. Mungkin karena d isini banyak peralatan medis kali" jawab Vina. Rara
mengangguk, ia pun sempat berpikir seperti itu. Setelah dari ruang UKS, mereka semua kembali ke
kelas. Setelah semua kegiatan MOS hari itu djalani, murid-murid dipersilahkan untuk pulang. MOS
masih berjalan selama dua hari ke depan.
Rara menunggu mamanya di pos satpam. Di situ sedang tidak ada satpam yang berjaga, karena
sekarang jam makan siang. Mungkin mereka sedang istirahat, pikir Rara. Saat sedang asyik
menunggu mamanya, datang seorang satpam. Namun satpam ini bukan satpam yang diperkenalkan
oleh kakak pemandu saat berkunjung ke pos ini. Lalu satpam itu duduk di bangku dalam.
Ia selalu menunduk, mukanya datar sekali, sedikit pucat. Rara menyapanya, "Permisi ya Pak, aku
numpang duduk, lagi nunggu dijemput mama" Satpam itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis ke
arah Rara. Tertera nama Sutoyo pada tanda pengenalnya. Tidak lama kemudian mamanya datang.
Rupanya mama harus mengurus adik dulu sehingga terlambat.
Rara tersenyum dan tidak mempersoalkan hal itu. Sebelum meninggalkan pos satpam, Rara menoleh
ke arah satpam tadi untuk sekedar berterima kasih dan pamitan. Namun satpam itu sudah tidak ada.
"Loh Pak satpamnya kemana?" cetus Rara.
"Satpam? Dari tadi tidak ada orang di situ" sahut mamanya dengan heran. Sampai di rumah, Rara
menceritakan apa yang tadi ia alami di sekolahnya. Mamanya tertegun, ia seperti bisa merasakan apa
yang Rara rasakan. Namun ia berusaha untuk mengalihkan perhatian Rara.
"Itu cuma kebetulan saja Sayang. Mungkin juga cuma halusinasi kamu. Sudah sekarang makan yang
banyak, terus tidur ya". Tapi semua terasa aneh buatku, gumam Rara saat ia sedang tiduran di kasur.
"Vina, tolong aku dikejar orang gila!" jerit Rara di koridor sekolah.
Entah dari mana orang gila itu berasal. Saat Rara memasuki gerbang sekolah tadi, tiba-tiba orang
gila itu sudah berada di belakangnya dengan pakaian compang-camping dan luka seperti luka bakar
di wajah dan tangannya. Orang gila itu terus mengejarnya, Rara lantas memasuki sebuah ruangan
dan menguncinya dari dalam. Ia lalu meringkuk di sudut ruangan.
Ia terlihat kelelahan setelah berlarian sepanjang koridor sekolah tadi. Ia kesal karena tidak ada
satupun yang menolongnya. Apakah mereka tidak melihat orang gila itu? Perlahan Rara mengamati
ruangan yang terlihat seperti ruang UKS. Tapi terasa berbeda, warna dindingnya seperti sudah
kusam. Penuh lumut dimana-mana. Tempat tidurnya juga berubah menjadi tempat tidur usang.
Seprainya kusam, Rara kemudian berjalan melihat lihat foto yang terpajang.
Disitu tertera tulisan: LOMBA PMR ANTAR SLTP se-JAKARTA SELATAN. Kalau ini bukan
ruang UKS mengapa ada foto lomba PMR? gumam Rara. Padahal waktu kemarin berkunjung kesini,
ruangannya masih bagus. Rara terus mengamati satu persatu isi ruangan. Semuanya benar-benar
seperti benda antik. Lalu Rara menghampiri meja dekat pintu.
Disitu ada sebuah buku tebal bertuliskan "Absensi anggota PMR tahun ajaran 1989/1990".
"Loh kok ada disini? Ini kan buku absensi tahun 89? Pikir Rara. Dia lalu membawa buku absen itu
keluar. Mungkin ini arsip untuk pembina PMR, ujarnya dalam hati. Rara lalu membawa buku itu dan
ingin membuka pintu yang tadi di kuncinya.
Namun Rara kesulitan untuk membuka kunci itu. "Tidak bisa! Aduh... bagaimana ini?" Tadi
sepertinya gampang sekali ketika aku kunci. Kenapa sekarang jadi susah dibuka? keluh Rara
panjang-pendek. Akhirnya ia pasrah. Rara sudah kehabisan tenaga untuk membukanya. Rara terus
melihat keluar jendela, barangkali ada teman atau guru yang lewat untuk menolongnya.
Benar saja, tak lama kemudian segerombol wanita lewat. Sepertinya mereka kakak kelas, karena
Rara tidak mengenal wajahnya sama sekali. Rara kemudian berteriak. Anehnya, suaranya tidak
keluar sama sekali. Lalu ia mencoba berteriak lagi, namun tidak ada sedikitpun suara yang keluar
dari mulutnya. Rara lalu ke dalam mencari benda keras untuk memecahkan kaca jendela itu.
Rara menemukan vas bunga. Segera ia ambil dan melemparkannya ke kaca jendela. Namun Rara
sangat terkejut karena kaca itu tidak pecah. Rara bingung, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Ada apa ini? ucapnya dalam hati. Rara lantas menangis bingung. Perlahan ia mencium bau anyir di
ruangan itu. Rara hampir mual karena tidak tahan mencium baunya.
Dengan sekuat tenaga ia bangkit lalu kembali melemparkan vas bunga. Seperti tadi, meski mengenai
kaca jendela, namun kacanya tidak pecah. Dalam kondisi putus asa, Rara terus berteriak-teriak meski
suaranya tidak terdengar sama sekali. Tidak lama kemudian melintas pria berpakaian serba hitam
yang dilihatnya saat upacara hari pertama MOS.
Laki-laki itu lewat di depan ruang UKS dengan cara meunduk. Rara kembali berteriak. Sepertinya
laki-laki itu mendengarnya. Dia berhenti dan perlahan menengok ke arah Rara. Rara sangat berharap
pria itu dapat menolongnya. Namun Rara histeris saat melihat wajah pria hitam itu. Matanya merah
menyala, mukanya penuh luka bakar yang melepuh.
Pria hitam itu menyeringai ke arah Rara. Ia pun menjerit histeris dan tersadar dari tidurnya.
Mendengar jeritan Rara, mamanya masuk ke kamar dengan tergesa. "Rara, ada apa? Kenapa kamu
teriak- teriak begitu? Ada apa sayang?" ucap Mama panik. Rara langsung memeluk mamanya dan
menangis. Ternyata itu semua hanya mimpi. Saat ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 17.30
sore ia baru ingat kalau tadi ia tidur siang, namun ia tetap menangis di pelukan mamanya.
Tubuhnya basah penuh peluh. Setelah tenang, Rara menceritakan semua yang terjadi dalam
mimpinya.
Ia terlihatsangat ketakutan. Rara menjadi takut untuk berangkat sekolah esok hari. Mamanya
berusaha menasihatinyaa bahwa itu hanya bunga tidur, itu semua tidak nyata. Tapi Rara merasa
semua seperti nyata. Esok paginya Rara terlihat tidak bersemangat seperti biasanya. Ia bahkan tidak
mau sarapan. Padahal mamanya sudah membujuknya, namun Rara tetap tidak mau.
Akhirnya Rara berangkat sekolah tanpa sarapan. Saat sampai di kelas ia menemui Vina dan segera
menceritakan kembali mimpi yang dialaminya. Tanggapan Vina pun sama dengan mamanya. Tak
lama kemudian bel berbunyi, seluruh murid berkumpul di lapangan. Mereka kembali mendengar
pidato dari kepsek dan ketua pelaksana MOS.
Murid murid mendengarkan dengan khidmat. Begitupun dengan Rara. Saat sedang mendengarkan, ia
merasa sedikit pusing, mungkin karena tadi ia belum sarapan. Lama lama pandangannya kabur
sebelum kemudian pingsan. Saat membuka mata, ia bingung ada dimana. Ternyata ia berada di ruang
UKS. Sementara Vina berdiri di sampingnya.
"Kamu tadi pingsan di lapangan," ujar Vina tanpa ditanya.
"Syukurlah sekarang kamu sudah baikan. Sebentar aku belikan teh hangat di kantin".
Rara ingin mencegah Vina. Namun temannya itu sudah langsung melesat ke kantin. Rasa takut
karena teringat mimpinya itu, kini menyergap Rara. Ya Allah, lindungi aku. Namun baru sebentar
memejamkan mata, Rara mendengar pintu terbuka. "Vin, kamu ya?" tanya Rara tanpa menoleh.
Rasanya kepalanya sangat berat. Rara mengulang pertanyaannya karena tidak ada jawaban. Kali ini
Rara pun panik. Apalagi ia mulai mencium bau amis seperti dalam mimpinya.
Sementara secara perlahan cat tembok UKS yang tadinya berwarna putih bersih mengelupas lalu
muncul titik-titik lumut. Lama-lama lumut itu bertambah banyak. Dengan sekejap ruangan UKS
berubah menjadi seperti ruangan tua, persis seperti dalam mimpinya. "Tolong jangan ganggu aku,"
pinta Rara sambil menangis. Tiba-tiba ia melihat bayangan di balik gorden di depannya.
Bayangan itu sangat tinggi. Bau amis semakin jelas tercium. Bahkan Rara hampir muntah karena
mual dengan bau amis itu. Rara memberanikan diri bangkit meski tubuhnya masih lemas. Ia pikir
pintu UKS akan sulit terbuka seperti dalam mimpinya. Ternyata tidak. Ia keluar UKS mencari Vina.
Namun suasana sekolahnya sudah berubah.
Warna catnya, pintunya, bahkan sekolah ini hanya ada 2 tingkat, padahal seharusnya ada 3 tingkat.
Rara semakin panik dan berusaha mencari gerbang untuk keluar. Seharusnya sekolah ini ramai, tapi
mengapa menjadi sepi begini, keluh Rara. Saat Rara sedang berjalan menuju gerbang, ia melihat
Vina sedang berdiri. Ia menghampirinya dan mengajaknya untuk pulang.
"Vin, ayo kita pulang saja. Ada yang tidak beres dengan sekolah ini. Kamu lihat kan semuanya
berubah?". Namun Vina hanya menatap Rara. Wajahnya sedikit pucat. Tiba tiba, Vina menyeringai
dan menatap Rara dengan tajam. Wajahnya begitu menakutkan. Rara terkejut dan spontan berlari ke
arah gerbang. Begitu mencapai gerbang, ia menengok ke pos satpam di dekatnya dan melihat satpam
yang kemarin dikenalkan oleh pembina MOS ada di situ.
Namun dia tidak sendirian. Satpam lainnya yang bernama Sutoyo juga ada di situ. Rara terlonjak
karena muka keduanya sangat seram, berlumuran darah dan matanya sangat merah. Keduanya
tengah menatap ke arahnya sehingga Rara menjerit histeris dan langsung berlari keluar gerbang
sekolah.
"Brak!" Tubuh Rara dihantam mobil yang tengah melintas dengan kecepatan tinggi. Tubuh Rara
melayang sebelum kemudian jatuh di atas aspal. Kondisinya sangat mengenaskan. Rara tewas
seketika. Vina yang sejak tadi mengejar Rara, terpukau melihat pemandangan di depannya.
"Raraaa.." jerit Vina. Vina tidak kuasa melihat kondisi tubuh temannya yang hancur bermandikan
darah. Beberapa guru dan orang-orang yang melihat kejadian itu segera melakukan pertolongan dan
melarikan tubuh Rara ke rumah sakit.
Namun semua sia-sia. Nyawa Rara sudah tidak tertolong lagi. Mama dan papanya yang datang ke
rumah sakit langsung pingsan melihat kondisi anaknya. Sampai kemudian jasad Rara dibawa pulang
dan dimakamkan, mamanya masih sering pingsan. Sebenarnya sudah banyak orang yang tahu jika
sekolah itu sangat angker. Setiap tahunnya pasti ada siswanya yang tewas dengan cara mengerikan,
terutama pada saat MOS.
Pada tahun 90-an sekolah ini juga pernah terbakar dan puluhan muridnya tewas terbakar. Namun
pemerintah merenovasi bangunan tersebut dan sekolah itu kembali berdiri. Sejak direnovasi tersebut,
banyak siswa yang mengalami kejadian aneh. Bahkan pernah terjadi kesurupan massal, sekitar 2
tahun lalu. Entahlah sampai kapan semuanya terjadi. Semoga tidak ada korban lagi seperti Rara di
tahun berikutnya.
Cerita dikirim oleh : Aditya Permadi
dengan kicauan burung yang saling bersahutan. Sungguh senandung pagi yang indah. Seindah hati
Rara yang hari ini akan memulai hari pertamanya menduduki bangku SLTP favorit yang ia
idam-idamkan selama ini.
"Mama, ayo buruan. Rara udah telat nih. MOS-nya kan mulai pukul 6.30 pagi berarti Rara harus
sudah sampai sekolah 15 menit sebelum MOS di mulai," ujar Rara begitu semangat. "Iya Ra, Mama
tadi habis pakein popok adik. Ya udah, ayo kita berangkat" sahut mamanya. Mereka lalu
menghentikan angkot yang menuju sekolah itu. Setelah sampai di sekolah itu, Rara langsung
bergabung dengan teman-teman barunya.
Kebetulan ada beberapa teman SD-nya yang juga masuk sekolah ini sehingga Rara tidak terlalu
merasa asing. Setelah bel sekolah berbunyi, seluruh murid kelas satu berkumpul di lapangan. Mereka
mendapat pengarahan dari kepala sekolah dan ketua pelaksana Masa Orientasi Siswa (MOS). Saat
sedang diberi pengarahan, Rara sekilas melihat ke barisan pria. Dia sedikit tertegun, di situ ada pria
memakai seragam hitam-hitam.
Dia heran, harusnya hari ini berseragm putih-putih. Rara ingin melihat wajahnnya, namun pria itu
selalu menunduk. Kalau kakak kelas sampai melihat, dia pasti di hukum, ucap Rara dalam hati. Lalu
dia berbisik ke Vina, temannya yang berdiri di dekatnya. "Eh, kamu lihat cowok itu di sana.
Dia kok pakai baju serba hitam sih? Apa nanti tidak dihukum?".
Vina mencari pria yang dimaksud Rara. Namun ia tidak melihatnya, "Cowok yang mana Ra? Sejauh
mata aku melihat, semuanya pakai seragam putih putih". Rara pun kembali melihat ke arah pria
hitam tadi. Dia terkejut. Ternyata cowok itu sudah tidak ada! Selesai pengarahan, murid-murid
dibubarkan. Mereka menuju kelas sementara yang sudah ditetapkan oleh panitia MOS.
Seharian itu di isi oleh berbagai kegiatan MOS. Mulai dari baris berbaris, perkenalan setiap ruangan
di sekolah, guru-guru bidang studi, hingga penjaga kantin dan satpam di sekolah itu. Seluruh penjuru
yang ada di sekolah itu diperlihatkan kepada semua murid baru. Sampai akhirnya mereka memasuki
ruangan UKS.
"Adik-adik, ini adalah ruang UKS sekolah kita. Disini adalah markas daripada kakak-kakak Palang
Merah Remaja kalian. Nah, kalau dari kalian ada yang berminat untuk mengikuti ekstrakulikuler
PMR, ruangan ini akan menjadi sahabat kalian" ucap kakak pemandu itu. Rara tak hentinya
mengamati secara detail setiap bagian dari ruang UKS tersebut.
Di situ ada foto kakak kelas pada saat mengikuti lomba PMR, foto saat membuat tandu dan lainnya.
Saat Rara sedang asik mengamati, tiba-tiba ia mencium bau anyir seperti bau darah. Rara sontak
menutup hidungnya "Vin, bau apa sih ini?" bisik Rara kepada Vina.
"Iya, seperti bau amis. Mungkin karena d isini banyak peralatan medis kali" jawab Vina. Rara
mengangguk, ia pun sempat berpikir seperti itu. Setelah dari ruang UKS, mereka semua kembali ke
kelas. Setelah semua kegiatan MOS hari itu djalani, murid-murid dipersilahkan untuk pulang. MOS
masih berjalan selama dua hari ke depan.
Rara menunggu mamanya di pos satpam. Di situ sedang tidak ada satpam yang berjaga, karena
sekarang jam makan siang. Mungkin mereka sedang istirahat, pikir Rara. Saat sedang asyik
menunggu mamanya, datang seorang satpam. Namun satpam ini bukan satpam yang diperkenalkan
oleh kakak pemandu saat berkunjung ke pos ini. Lalu satpam itu duduk di bangku dalam.
Ia selalu menunduk, mukanya datar sekali, sedikit pucat. Rara menyapanya, "Permisi ya Pak, aku
numpang duduk, lagi nunggu dijemput mama" Satpam itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis ke
arah Rara. Tertera nama Sutoyo pada tanda pengenalnya. Tidak lama kemudian mamanya datang.
Rupanya mama harus mengurus adik dulu sehingga terlambat.
Rara tersenyum dan tidak mempersoalkan hal itu. Sebelum meninggalkan pos satpam, Rara menoleh
ke arah satpam tadi untuk sekedar berterima kasih dan pamitan. Namun satpam itu sudah tidak ada.
"Loh Pak satpamnya kemana?" cetus Rara.
"Satpam? Dari tadi tidak ada orang di situ" sahut mamanya dengan heran. Sampai di rumah, Rara
menceritakan apa yang tadi ia alami di sekolahnya. Mamanya tertegun, ia seperti bisa merasakan apa
yang Rara rasakan. Namun ia berusaha untuk mengalihkan perhatian Rara.
"Itu cuma kebetulan saja Sayang. Mungkin juga cuma halusinasi kamu. Sudah sekarang makan yang
banyak, terus tidur ya". Tapi semua terasa aneh buatku, gumam Rara saat ia sedang tiduran di kasur.
"Vina, tolong aku dikejar orang gila!" jerit Rara di koridor sekolah.
Entah dari mana orang gila itu berasal. Saat Rara memasuki gerbang sekolah tadi, tiba-tiba orang
gila itu sudah berada di belakangnya dengan pakaian compang-camping dan luka seperti luka bakar
di wajah dan tangannya. Orang gila itu terus mengejarnya, Rara lantas memasuki sebuah ruangan
dan menguncinya dari dalam. Ia lalu meringkuk di sudut ruangan.
Ia terlihat kelelahan setelah berlarian sepanjang koridor sekolah tadi. Ia kesal karena tidak ada
satupun yang menolongnya. Apakah mereka tidak melihat orang gila itu? Perlahan Rara mengamati
ruangan yang terlihat seperti ruang UKS. Tapi terasa berbeda, warna dindingnya seperti sudah
kusam. Penuh lumut dimana-mana. Tempat tidurnya juga berubah menjadi tempat tidur usang.
Seprainya kusam, Rara kemudian berjalan melihat lihat foto yang terpajang.
Disitu tertera tulisan: LOMBA PMR ANTAR SLTP se-JAKARTA SELATAN. Kalau ini bukan
ruang UKS mengapa ada foto lomba PMR? gumam Rara. Padahal waktu kemarin berkunjung kesini,
ruangannya masih bagus. Rara terus mengamati satu persatu isi ruangan. Semuanya benar-benar
seperti benda antik. Lalu Rara menghampiri meja dekat pintu.
Disitu ada sebuah buku tebal bertuliskan "Absensi anggota PMR tahun ajaran 1989/1990".
"Loh kok ada disini? Ini kan buku absensi tahun 89? Pikir Rara. Dia lalu membawa buku absen itu
keluar. Mungkin ini arsip untuk pembina PMR, ujarnya dalam hati. Rara lalu membawa buku itu dan
ingin membuka pintu yang tadi di kuncinya.
Namun Rara kesulitan untuk membuka kunci itu. "Tidak bisa! Aduh... bagaimana ini?" Tadi
sepertinya gampang sekali ketika aku kunci. Kenapa sekarang jadi susah dibuka? keluh Rara
panjang-pendek. Akhirnya ia pasrah. Rara sudah kehabisan tenaga untuk membukanya. Rara terus
melihat keluar jendela, barangkali ada teman atau guru yang lewat untuk menolongnya.
Benar saja, tak lama kemudian segerombol wanita lewat. Sepertinya mereka kakak kelas, karena
Rara tidak mengenal wajahnya sama sekali. Rara kemudian berteriak. Anehnya, suaranya tidak
keluar sama sekali. Lalu ia mencoba berteriak lagi, namun tidak ada sedikitpun suara yang keluar
dari mulutnya. Rara lalu ke dalam mencari benda keras untuk memecahkan kaca jendela itu.
Rara menemukan vas bunga. Segera ia ambil dan melemparkannya ke kaca jendela. Namun Rara
sangat terkejut karena kaca itu tidak pecah. Rara bingung, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Ada apa ini? ucapnya dalam hati. Rara lantas menangis bingung. Perlahan ia mencium bau anyir di
ruangan itu. Rara hampir mual karena tidak tahan mencium baunya.
Dengan sekuat tenaga ia bangkit lalu kembali melemparkan vas bunga. Seperti tadi, meski mengenai
kaca jendela, namun kacanya tidak pecah. Dalam kondisi putus asa, Rara terus berteriak-teriak meski
suaranya tidak terdengar sama sekali. Tidak lama kemudian melintas pria berpakaian serba hitam
yang dilihatnya saat upacara hari pertama MOS.
Laki-laki itu lewat di depan ruang UKS dengan cara meunduk. Rara kembali berteriak. Sepertinya
laki-laki itu mendengarnya. Dia berhenti dan perlahan menengok ke arah Rara. Rara sangat berharap
pria itu dapat menolongnya. Namun Rara histeris saat melihat wajah pria hitam itu. Matanya merah
menyala, mukanya penuh luka bakar yang melepuh.
Pria hitam itu menyeringai ke arah Rara. Ia pun menjerit histeris dan tersadar dari tidurnya.
Mendengar jeritan Rara, mamanya masuk ke kamar dengan tergesa. "Rara, ada apa? Kenapa kamu
teriak- teriak begitu? Ada apa sayang?" ucap Mama panik. Rara langsung memeluk mamanya dan
menangis. Ternyata itu semua hanya mimpi. Saat ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 17.30
sore ia baru ingat kalau tadi ia tidur siang, namun ia tetap menangis di pelukan mamanya.
Tubuhnya basah penuh peluh. Setelah tenang, Rara menceritakan semua yang terjadi dalam
mimpinya.
Ia terlihatsangat ketakutan. Rara menjadi takut untuk berangkat sekolah esok hari. Mamanya
berusaha menasihatinyaa bahwa itu hanya bunga tidur, itu semua tidak nyata. Tapi Rara merasa
semua seperti nyata. Esok paginya Rara terlihat tidak bersemangat seperti biasanya. Ia bahkan tidak
mau sarapan. Padahal mamanya sudah membujuknya, namun Rara tetap tidak mau.
Akhirnya Rara berangkat sekolah tanpa sarapan. Saat sampai di kelas ia menemui Vina dan segera
menceritakan kembali mimpi yang dialaminya. Tanggapan Vina pun sama dengan mamanya. Tak
lama kemudian bel berbunyi, seluruh murid berkumpul di lapangan. Mereka kembali mendengar
pidato dari kepsek dan ketua pelaksana MOS.
Murid murid mendengarkan dengan khidmat. Begitupun dengan Rara. Saat sedang mendengarkan, ia
merasa sedikit pusing, mungkin karena tadi ia belum sarapan. Lama lama pandangannya kabur
sebelum kemudian pingsan. Saat membuka mata, ia bingung ada dimana. Ternyata ia berada di ruang
UKS. Sementara Vina berdiri di sampingnya.
"Kamu tadi pingsan di lapangan," ujar Vina tanpa ditanya.
"Syukurlah sekarang kamu sudah baikan. Sebentar aku belikan teh hangat di kantin".
Rara ingin mencegah Vina. Namun temannya itu sudah langsung melesat ke kantin. Rasa takut
karena teringat mimpinya itu, kini menyergap Rara. Ya Allah, lindungi aku. Namun baru sebentar
memejamkan mata, Rara mendengar pintu terbuka. "Vin, kamu ya?" tanya Rara tanpa menoleh.
Rasanya kepalanya sangat berat. Rara mengulang pertanyaannya karena tidak ada jawaban. Kali ini
Rara pun panik. Apalagi ia mulai mencium bau amis seperti dalam mimpinya.
Sementara secara perlahan cat tembok UKS yang tadinya berwarna putih bersih mengelupas lalu
muncul titik-titik lumut. Lama-lama lumut itu bertambah banyak. Dengan sekejap ruangan UKS
berubah menjadi seperti ruangan tua, persis seperti dalam mimpinya. "Tolong jangan ganggu aku,"
pinta Rara sambil menangis. Tiba-tiba ia melihat bayangan di balik gorden di depannya.
Bayangan itu sangat tinggi. Bau amis semakin jelas tercium. Bahkan Rara hampir muntah karena
mual dengan bau amis itu. Rara memberanikan diri bangkit meski tubuhnya masih lemas. Ia pikir
pintu UKS akan sulit terbuka seperti dalam mimpinya. Ternyata tidak. Ia keluar UKS mencari Vina.
Namun suasana sekolahnya sudah berubah.
Warna catnya, pintunya, bahkan sekolah ini hanya ada 2 tingkat, padahal seharusnya ada 3 tingkat.
Rara semakin panik dan berusaha mencari gerbang untuk keluar. Seharusnya sekolah ini ramai, tapi
mengapa menjadi sepi begini, keluh Rara. Saat Rara sedang berjalan menuju gerbang, ia melihat
Vina sedang berdiri. Ia menghampirinya dan mengajaknya untuk pulang.
"Vin, ayo kita pulang saja. Ada yang tidak beres dengan sekolah ini. Kamu lihat kan semuanya
berubah?". Namun Vina hanya menatap Rara. Wajahnya sedikit pucat. Tiba tiba, Vina menyeringai
dan menatap Rara dengan tajam. Wajahnya begitu menakutkan. Rara terkejut dan spontan berlari ke
arah gerbang. Begitu mencapai gerbang, ia menengok ke pos satpam di dekatnya dan melihat satpam
yang kemarin dikenalkan oleh pembina MOS ada di situ.
Namun dia tidak sendirian. Satpam lainnya yang bernama Sutoyo juga ada di situ. Rara terlonjak
karena muka keduanya sangat seram, berlumuran darah dan matanya sangat merah. Keduanya
tengah menatap ke arahnya sehingga Rara menjerit histeris dan langsung berlari keluar gerbang
sekolah.
"Brak!" Tubuh Rara dihantam mobil yang tengah melintas dengan kecepatan tinggi. Tubuh Rara
melayang sebelum kemudian jatuh di atas aspal. Kondisinya sangat mengenaskan. Rara tewas
seketika. Vina yang sejak tadi mengejar Rara, terpukau melihat pemandangan di depannya.
"Raraaa.." jerit Vina. Vina tidak kuasa melihat kondisi tubuh temannya yang hancur bermandikan
darah. Beberapa guru dan orang-orang yang melihat kejadian itu segera melakukan pertolongan dan
melarikan tubuh Rara ke rumah sakit.
Namun semua sia-sia. Nyawa Rara sudah tidak tertolong lagi. Mama dan papanya yang datang ke
rumah sakit langsung pingsan melihat kondisi anaknya. Sampai kemudian jasad Rara dibawa pulang
dan dimakamkan, mamanya masih sering pingsan. Sebenarnya sudah banyak orang yang tahu jika
sekolah itu sangat angker. Setiap tahunnya pasti ada siswanya yang tewas dengan cara mengerikan,
terutama pada saat MOS.
Pada tahun 90-an sekolah ini juga pernah terbakar dan puluhan muridnya tewas terbakar. Namun
pemerintah merenovasi bangunan tersebut dan sekolah itu kembali berdiri. Sejak direnovasi tersebut,
banyak siswa yang mengalami kejadian aneh. Bahkan pernah terjadi kesurupan massal, sekitar 2
tahun lalu. Entahlah sampai kapan semuanya terjadi. Semoga tidak ada korban lagi seperti Rara di
tahun berikutnya.
Cerita dikirim oleh : Aditya Permadi
Belum Pernah Menang Dalam Bermain Poker Online ???
BalasHapusAtau Ingin Mendapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Modal Yang Sangat Minim???
Segera Daftarkan ID Anda di SmsQQ Yang MerupakanAgen Judi Online Terpercaya
Solusi Yang Tepat Hanya di www(.)SmsQQ(.)com
Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
- Tidak ada settingan apapun dalam permainannya 1000%
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor dan Tarik Dana akan di selesaikan dengan cepat,tepat dan akurat.Hanya memerlukan waktu 1-2 menit (Jika Tidak Ada Gangguan)
- Kebanjiran Bonus disetiap Harinya
- Bonus Turnover 0.3%-0.5%
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Customer Service bersedia melayani Anda Selama 24 jam dengan pelayanan yang begitu sopan dan ramah.
- Berkerja sama dengan 4 bank lokal : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
7 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker
Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
Tunggu Apa Lagi Bosku ?