MBAREP
TUNGGAL, dalam bahasa jawa, berarti anak pertama dan satu2nya, namun, di
keluarga saya, kalimat ini berbeda, memiliki makna yg lain yg sudah di
percaya turun temurun bahkan sejak jaman Trah Tumerah yg dalam silsilah
keluarga jawa sebagai nenek moyang pertama
mulai dari sini, cerita ini akan sy buka, dengan satu kisah yg selama ini selalu sy pikirkan
apa hubunganya GETIH ANGET dengan MBAREP TUNGGAL dalam silsilah keluarga sy?
konon, sy bukan satu2 nya orang yg terlahir dengan anugerah seperti ini, karena sebelum sy lahir, sudah ada
apa hubunganya GETIH ANGET dengan MBAREP TUNGGAL dalam silsilah keluarga sy?
konon, sy bukan satu2 nya orang yg terlahir dengan anugerah seperti ini, karena sebelum sy lahir, sudah ada
-yg
mendapatkan hakekat sebagai Getih anget yg sekaligus menyandang nama
sebagai "MBAREP TUNGGAL" yg begitu di agung2kan keluarga sy, beliau
adalah sepupu dari Bu De sy.
sy memanggilnya dengan nama "Mas Didik" dan kisah ini, akan sangat amat behubungan dengan beliau.
sy memanggilnya dengan nama "Mas Didik" dan kisah ini, akan sangat amat behubungan dengan beliau.
kenapa "MBAREP TUNGGAL" begitu di agung2kan oleh keluarga sy, begini ceritanya.
saat itu, keluarga besar sy merupakan 1 dari 6 orang pertama yg tinggal di desa ini, tidak mudah waktu itu untuk tinggal disini, karena tanah disini sangat sengak, dan bila di lihat oleh orang biasa
saat itu, keluarga besar sy merupakan 1 dari 6 orang pertama yg tinggal di desa ini, tidak mudah waktu itu untuk tinggal disini, karena tanah disini sangat sengak, dan bila di lihat oleh orang biasa
tanah
disini akan membuat begidik ngeri, sebaliknya, mereka yg bisa melihat
tanah ini, akan tau, bahwasanya, tanah disini masih mengandung nilai
mistis yg luar biasa hebat, sebegitu hebatnya hingga butuh persiapan yg
matang untuk membuka sepetak lahan, karena itu, desa ini-
-ceritakan adalah fenomena MBAREP TUNGGAL yg ada di dalam keluarga besar sy.
Saat
itu, keluarga sy masih menganut Aminisme meskipun kami adalah muslim,
namun muslim di jaman itu sangat berbeda dengan muslim di jaman
sekarang, bukan kami tidak melaksanakan sholat, kami masih melaksanakan
shiolat namun kami tidak menahui apa itu ajaran islam yg sebenarnya,
karena
itulah, ajaran kejawen dan aminisme yg kuat, membuat kami mengaggungkan
peninggalan leluhur kami, salah satunya, sesajen setiap malam khusus yg
akan di beritahukan oleh mereka yg mendapat kehormatan sebagai MBAREP
TUNGGAL di keluarga kami
agar
kalian tidak bingung, akan sy jelaskan sekali lagi, bahwa MBAREP TUNGGAL
memiliki makna yg berbeda di dalam keluarga besar sy.
MBAREP TUNGGAL bukan tentang anak pertama dan satu2nya, melainkan, seorang anak yg di percaya dapat berkomunikasi dengan nenek moyang kami-
MBAREP TUNGGAL bukan tentang anak pertama dan satu2nya, melainkan, seorang anak yg di percaya dapat berkomunikasi dengan nenek moyang kami-
-agar
kelak, keluarga besar kami di jauhkan dari yg namanya BALAK BESAR,
karena jaman itu, ilmu hitam hampir di miliki setiap keluarga besar,
sekaligus untuk menghindari keluarga besar lain yg mungkin menyimpan
dendam dengan keluarga besar kami. masalahnya, MBAREP TUNGGAL-
-di
percaya hanya turun pada anak pertama, dan seorang MBAREP TUNGGAL hanya
bisa di kenali, dengan MBAREP TUNGGAL yg lain, disinilah titik
masalahnya terjadi, karena, MBAREP TUNGGAL hanya ada dalam satu
generasi, karena merujuk pada satu kalimat TUNGGAL yg berarti "satu"
disinilah
masalah itu muncul ketika sy lahir sebagai MBAREP TUNGGAL, di keluarga
besar sy ini, karena konon, ketika pak de No melihat dan mengatakan
bahwa sy jg adalah MBAREP TUNGGAL, beliau kaget, lebih ke arah bingung,
12 tahun sebelum sy lahir, MBAREP TUNGGAL sudah di sandang-
-oleh
anak lain, dan bagaimana mungkin dalam satu generasi waktu jawa, ada 2
MBAREP TUNGGAL dalam keluarga ini, hal ini segera menjadi masalah serius
keluarga besar sy, karena bila tidak segera di ambil keputusan, hal ini
hnya akan menimbulkan sangketa permusuhan sesama keluarga
dan
katakutan itu, rupanya menjadi kenyataan. namun, kisah ini akan sy
ceritakan detailnya, dari sudut pandang informasi yg sy dapat dari
sepupu terdekat sy, mas Akhiyat. beliau menjadi saksi peristiwa yg tidak
dapat sy inget, karena konon, sy memang sengaja di sapai (hilngkan)
awalnya
tidak ada yg tau bila sy adalah MBAREP TUNGGAL, karena sy lahir di
rumah sakit, jaman itu, kebanyakan anak2 di desa sy hanya mengandalkan
dukun beranak, dan ada satu dukun yg sudah di percaya oleh keluarga
besar sy, beliaulah yg memiliki pengetahuan tentang weton-
-serta
keistimewaan seorang anak yg baru lahir, beliau juga lah yg dulu 12
tahun sebelum gw lahir telah menetapkan anak yg akan melanjutkan tradisi
keluarga sudah lahir. hal ini, menjadi suka cita di keluarga gw, dia
adalah "mas Didik"
sebelum mas Didik, MBAREP TUNGGAL di sandang oleh pak de No yg merupakan generasi dari bapak.
pak de No adalah kakak kandung dari bapak, dan sejak kecil beliau memang paling berbeda, bisa di katakan, dewasa sebelum waktunya.
seperti de No, mas Didik juga memiliki perbedaan-
pak de No adalah kakak kandung dari bapak, dan sejak kecil beliau memang paling berbeda, bisa di katakan, dewasa sebelum waktunya.
seperti de No, mas Didik juga memiliki perbedaan-
-mencolok
bahkan lebih condong ke megerikan, bahkan beberapa warga desa gw
menganggap mas Didik itu anak yg aneh, gemar bermain sendiri dan tidak
suka berkumpul dengan anak seusianya, namun yg membuat semua orang takut
adalah ketika mas Didik meramalkan bahwa akan-
-sebuah
keluarga yg meninggal dengan cara ganjil. disini, kemampuan mas Didik
sudah di akui oleh keluarga besar gw, padahal saat itu, usianya gak
lebih dari 7 tahun.
selama
3 hari berturut-turut, mas Didik duduk dan meamandang sebuah rumah,
setiap di tegur si pemilik rumah. mas Didik akan mengatakan "onok geni
mumbul" (ada api melayang2)
namun si pemilik rumah tidak mengerti apa maksud ucapan anak kecil itu.
namun si pemilik rumah tidak mengerti apa maksud ucapan anak kecil itu.
hal ini menjadi perbincangan banyak orang, sampai de No datang dan melihat, rupanya, ada banaspati di atas rumah itu.
Banaspati adalah bola api yg konon di miliki oleh mereka yg memiliki ilmu tinggi, masalahnya, banaspati sering di kaitkan dengan sebuah bencana, yg berujung-
Banaspati adalah bola api yg konon di miliki oleh mereka yg memiliki ilmu tinggi, masalahnya, banaspati sering di kaitkan dengan sebuah bencana, yg berujung-
-kematian.
de No
menjelaskan pada mas Didik bahwa apa yg di lihatnya merupakan hal yg
istimewa, tidak banyak bahkan oleh mereka yg bisa melihat untuk dapat
menyaksikan Banaspati terbang kecuali mereka yg sudah di pilih langsung
oleh nenek moyang kami.
benar
saja. keesokan harinya, salah satu dari orang yg tinggal di dalam rumah
itu meninggal dengan cara yg ganjil, kulitnya melepuh di akhiri dengan
borok dan nanah yg bau, de No menjelaskan segalanya, bahwa itu adalah
kiriman dari seseorang yg tidak suka.
sejak
saat itu, keluarga besar kami, menganggap mas Didik lah penerus dari pak
de No di keluarga kami, dan pada usianya ke 9, ada makhluk Hitam yg di
percaya sebagai jelmaan Genderuwo yg mengasuh mas Didik, bahkan hingga
sampai saat ini.
Genderuwo
yg mengasuh mas Didik kabarnya bukan genderuwo sembarangan yg biasa ada
di bawah pohon pisang, namun Genderuwo ini berasal dari gunung yg jauh,
yg tertarik dengan Getih anget mas Didik. sehingga akhirnya ia
mengikuti mas Didik, menjaganya, dan juga mengikutinya.
pak de
No mengatakan, Genderuwo ini bukan Tiang kembarnya, karena kakek sy
sempat takut, bilamana Tiang kembar mas Didik adalah makhluk ini.
GETIH ANGET, tidak dapat di kuasai sembarangan makhluk lelembut kecuali TIANG KEMBARNYA, hal itu berlaku pada mas Didik ini.
GETIH ANGET, tidak dapat di kuasai sembarangan makhluk lelembut kecuali TIANG KEMBARNYA, hal itu berlaku pada mas Didik ini.
namun
semenjak adanya makhluk itu, mas Didik sangat di takuti terutama oleh
anak2 desa sy, karena konon, bila mas Didik sakit hati atau marah, dapat
menyebabkan bencana penyakit bagi yg menyakiti.
selama
12 tahun itu semenjak kelahiran mas Didik tidak ada yg terjadi dengan
keluarga sy, namun semua berubah setelah Bapak dan Ibuk bertemu, menikah
dan kemudian sy lahir di dunia ini.
karena kata mas Akhiyat, saat sy masih bayi, yg selalu mengasuh dan tidak mau jauh2 dari saya
karena kata mas Akhiyat, saat sy masih bayi, yg selalu mengasuh dan tidak mau jauh2 dari saya
-adalah mas Didik.
padahal, sebelumnya, mas Didik selalu menghindari kontak dengan anak2 lain ataupun orang lain, beliau juga di jauhi oleh warga desa sy, lalu, kenapa mas Didik selalu ada di samping sy yang masih bayi?
hal ini belum terjawab sampai saat ini.
padahal, sebelumnya, mas Didik selalu menghindari kontak dengan anak2 lain ataupun orang lain, beliau juga di jauhi oleh warga desa sy, lalu, kenapa mas Didik selalu ada di samping sy yang masih bayi?
hal ini belum terjawab sampai saat ini.
sejak kecil, gw terlahir dengan kondisi tubuh yg pesakitan.
sedikit2 badan gampang sekali panas, dan setiap malam gw selalu suka tertawa sendirian di samping bapak dan ibu yg tidur bersama2 dalam satu bayang (kasur), hal ini membuat bapak kadang penasaran
sedikit2 badan gampang sekali panas, dan setiap malam gw selalu suka tertawa sendirian di samping bapak dan ibu yg tidur bersama2 dalam satu bayang (kasur), hal ini membuat bapak kadang penasaran
pernah
sesekali Ibuk, yg notabenya lebih sensitif dari bapak, suka mendengar
suara tertawa yg menyerupai suara kuntilanak, apapun itu, setiap malam
selalu saja ada yg datang dan membuat gw yg masih bayik tertawa
hal
ini segera di ceritakan kepada de No, dan ketika di terawang, de No
begitu kaget, hampir di setiap sudut rumah gw, ada penghuni tak di
undang, menunggu saat gw sendirian.
awalnya de No masih belum curiga dan menganggap hal itu biasa saja, karena umumnya, makhluk seperti itu-
awalnya de No masih belum curiga dan menganggap hal itu biasa saja, karena umumnya, makhluk seperti itu-
-memang
gemar sekali menggoda bayi karena indera mereka masih sangat sensitif.
inilah alasan kenapa bayi bisa melihat hal2 yg tidak dapat di saksikan
oleh orang dewasa sekalipun, karena mereka masih di anugerahi dengan
mata batin terbuka, seiring bertambahnya usia, mata batinya-
-akan tertutup dengan sendirinya.
namun rupanya, de No tidak tahu menahu, bahwa gw berbeda dengan anak2 lain, semua di ketahui setelah kejadian yg menimpa gw di suatu tempat yg jauh.
namun rupanya, de No tidak tahu menahu, bahwa gw berbeda dengan anak2 lain, semua di ketahui setelah kejadian yg menimpa gw di suatu tempat yg jauh.
tradisi yg masih di lakukan keluarga besar gw adalah Arisan keluarga.
biasanya di adakan di setiap rumah anggota keluarga secara bergantian, dan pada hari2 khusus, acara ini di adakan di tempat2 yg jauh.
saat itu, katanya, gw sempat menghilang selama satu hari satu malam.
biasanya di adakan di setiap rumah anggota keluarga secara bergantian, dan pada hari2 khusus, acara ini di adakan di tempat2 yg jauh.
saat itu, katanya, gw sempat menghilang selama satu hari satu malam.
berawal
dari Arisan keluarga di rumah bu lek Sri, gw yg awalnya di asuh oleh
sepupu perempuan gw, tiba2 menghilang begitu saja. disini, mas Akhiyat
mengingatkan, "coba iling2 en, biyen awakmu sik umur 4 tahun, aku onok
gok kunu yoan" (coba ingat2, dulu usiamu sudah 4 tahun-
-dan kebetulan aku ada disana juga)
ketika mendengar itu, akhirnya pertanyaan gw selama ini terjawab. dulu gw sering memikirkan sesuatu, tentang sebuah pohon Keres (leci jawa) yg tumbuh subur, dimana dahan dan daunya sampai menempel di tanah, disana gw sedang bermain.
ketika mendengar itu, akhirnya pertanyaan gw selama ini terjawab. dulu gw sering memikirkan sesuatu, tentang sebuah pohon Keres (leci jawa) yg tumbuh subur, dimana dahan dan daunya sampai menempel di tanah, disana gw sedang bermain.
"Mas, nggone onok wit keres e mboten?" (mas, apa tempatnya ada pohon keresnya?)
mas Akhiyat hanya menatap gw nanar, lalu berujar "yo nggok kunu awakmu di temokno ambek de No, sak durunge wes di goleki sedino bleng" (ya disitu kamu di temukan oleh de No, sebelumnya sudah di cari-
mas Akhiyat hanya menatap gw nanar, lalu berujar "yo nggok kunu awakmu di temokno ambek de No, sak durunge wes di goleki sedino bleng" (ya disitu kamu di temukan oleh de No, sebelumnya sudah di cari-
-seharian penuh)
disitulah de No baru tau, bahwa gw sama seperti mas Didik, dan darisana juga, de No akhirnya paham, kenapa gw gampang sakit, rupanya, gw dan mas Didik tidak boleh di dekatkan satu sama lain, terutama gw, dimana mas Didik akan banyak mengambil yg di sebut jiwo
disitulah de No baru tau, bahwa gw sama seperti mas Didik, dan darisana juga, de No akhirnya paham, kenapa gw gampang sakit, rupanya, gw dan mas Didik tidak boleh di dekatkan satu sama lain, terutama gw, dimana mas Didik akan banyak mengambil yg di sebut jiwo
sejak
saat itu, gw gak boleh lagi dekat dengan mas Didik, namun, kabarnya,
Genderuwo hitam itu, jadi lebih sering datang ke rumah gw, dan Ibuk lah
yg menjadi saksi makhluk itu selalu datang menemui gw.
bapak
sehari2 bekerja sebagai tukang becak waktu gw kecil dulu, dan malam itu,
bapak belum pulang dari narik, ibuk di rumah sendirian, menemani gw
maen dauh singkong, hari sudah petang, di dalam rumah gubuk gw, tiba2
ada yg mengetuk pintu
suaranya intens, dan itu jelas bukan bapak, tidak ada salam dan hanya ketukan pintu.
rumah gw masih menggunakan tembok bambu, sehingga ada celah ibuk buat mengintip apa yg ada di luar, rupanya kosong.
setiap ibuk kembali ke tempat gw, ada yg ngetuk lagi. hal itu terjadi terus
rumah gw masih menggunakan tembok bambu, sehingga ada celah ibuk buat mengintip apa yg ada di luar, rupanya kosong.
setiap ibuk kembali ke tempat gw, ada yg ngetuk lagi. hal itu terjadi terus
sampai
akhirnya ibuk membuka pintu dan benar saja, ibuk tidak melihat ada
siapapun disana, di depan rumah gw ada pohon mangga, di lihatnya
kesana-kemari masih tidak menemukan siapapun, pas ibuk balik, ibuk
terlonjak kaget, rupanya, ada makhluk hitam besar,
matanya menyala merah, bertaring dengan kuku jari panjang, tengah menggendong gw.
ibuk melihat gw tampak senang di gendong makhluk itu, ibuk menjerit keras namun makhluk itu menjambak ibuk dan membuatnya jatuh pingsan.
bapak pulang dan melihat ibuk sudah terkapar,
ibuk melihat gw tampak senang di gendong makhluk itu, ibuk menjerit keras namun makhluk itu menjambak ibuk dan membuatnya jatuh pingsan.
bapak pulang dan melihat ibuk sudah terkapar,
namun anehnya, gw di temukan ada di dalam kamar, tertidur lelap di atas kasur.
malam itu sontak bapak langsung bertemu si mbah.
mbah gw ini adalah orang yg ilmunya cukup tinggi, gw biasa memanggil beliau mbah nang, yg artinya mbah lanang (mbah laki2) rupanya mbah nang baru
malam itu sontak bapak langsung bertemu si mbah.
mbah gw ini adalah orang yg ilmunya cukup tinggi, gw biasa memanggil beliau mbah nang, yg artinya mbah lanang (mbah laki2) rupanya mbah nang baru
saja
melihat apa yg terjadi dari sebilah kerisnya, dan dengan wajah bingung
mbah Nang mengatakan, makhluk itu di suruh oleh mas Didik.
hari itu juga, semua keluarga di panggil dan di kumpulkan untuk membahas hal ini, konon, de No membela mas Didik, sampai2 membuat bapak
hari itu juga, semua keluarga di panggil dan di kumpulkan untuk membahas hal ini, konon, de No membela mas Didik, sampai2 membuat bapak
sangat marah.
karena nyawa gw rupanya dalam bahaya. bukan karena mas Didik, namun makhluk yg mengikutinya, ada hal yg membuat bapak khawatir, bahkan ibuk sampe mengusulkan untuk membawa gw jauh dari rumah itu, pulang ke rumah orang tuanya.
karena nyawa gw rupanya dalam bahaya. bukan karena mas Didik, namun makhluk yg mengikutinya, ada hal yg membuat bapak khawatir, bahkan ibuk sampe mengusulkan untuk membawa gw jauh dari rumah itu, pulang ke rumah orang tuanya.
disini, akhirnya di ambil jalan tengah.
de No, akan pergi sebentar, untuk bertanya pada Trah Tumerah.
sekembalinya de No, ternyata memang makhluk itu tidak ada sangkut pautnya sama mas Didik, karena rupanya kedatangan makhluk itu bukan atas perintah, melainkan keinginan sndiri
de No, akan pergi sebentar, untuk bertanya pada Trah Tumerah.
sekembalinya de No, ternyata memang makhluk itu tidak ada sangkut pautnya sama mas Didik, karena rupanya kedatangan makhluk itu bukan atas perintah, melainkan keinginan sndiri
sejak
gw dan mas Didik di pisahkan, mas Didik seringkali kangen dengan gw, dan
nganggap gw adik kandungnya sendiri, dan makhluk itu tidak tega melihat
mas Didik tersiksa seperti itu, sehingga akhirnya makhluk itu
seringkali mengunjungi gw
masalahnya,
stiap gw dekat sama mas Didik, gw pasti jatuh sakit dan sakitnya itu
lama sembuhnya, bahkan gw sering sawan, disini, dukun beranak keluarga
gw datang, beliau marah, kenapa dulu yg membantu persalinan bukan dia
pada saat kelahiran gw, gara2 ini, gak ada yg tau siapa gw
"MBAREP
TUNGGAL iku yo tunggal, gak isok nok loro, isok nekakno balak" (seorang
mbarep tunggal itu ya seharusnya cuma satu, gak boleh ada dua, bisa
mendatangkan musibah)
dilain hal, gw gak bisa di apa2kan karena masih sangat kecil dan beresiko, setelah mencari2 jalan keluar,
dilain hal, gw gak bisa di apa2kan karena masih sangat kecil dan beresiko, setelah mencari2 jalan keluar,
de No akhirnya, melakukan perwalian, jadi, perwalian itu semacam mengikat satu sama lain.
de No akan menjadi wali mas Didik, sedangkan gw, akan di walikan oleh orang yg bersedia menjadi pagar bagi gw, orang yg ilmunya setara atau lebih dari de No, disini gw bertemu orang itu
de No akan menjadi wali mas Didik, sedangkan gw, akan di walikan oleh orang yg bersedia menjadi pagar bagi gw, orang yg ilmunya setara atau lebih dari de No, disini gw bertemu orang itu
pria
paruh baya yg biasa di panggil pak haji Sanah, beliau berasal dari
Banyuwangi, dan ketika gw datang ke rumahnya dulu, beliau langsung tau
masalah apa yg di hadapi keluarga besar gw
"yo wes, ben aku dadi waline cah iki" (ya sudah, biar aku yg jadi walinya dari anak ini)
namun, setelah terjadi perwalian itu, ada malam dimana de No, mengumpulkan semua keluarga besar gw di rumah si mbah.
namun, setelah terjadi perwalian itu, ada malam dimana de No, mengumpulkan semua keluarga besar gw di rumah si mbah.
Malam
itu, de No mengatakan, Desa ini akan di lewati yg namanya "Brahwaono"
(Tamu tak di undang) biasanya pasukan lelembut yg melewati desa2, malam
itu juga, Desa gw lebih sepi dari biasanya, tidak cuma keluarga besar gw
yg berkumpul dalam satu atap, tapi, semua orang,
bersembunyi di dalam rumah mereka masing2.
suasana Desa gw, mencekam seperti desa mati.
anak2 di dahinya di beri kunir, katanya biar tidak gampang sawan, di situ, gw bertemu lagi sama mas Didik, anehnya, sekarang mas Didik yg jatuh sakit.
sakitnya luar biasa, sampai mas Didik
suasana Desa gw, mencekam seperti desa mati.
anak2 di dahinya di beri kunir, katanya biar tidak gampang sawan, di situ, gw bertemu lagi sama mas Didik, anehnya, sekarang mas Didik yg jatuh sakit.
sakitnya luar biasa, sampai mas Didik
tidak dapat bernafas dan seperti orang ayan, rupanya, yg di takutkan de No sudah datang.
makhluk yg membawa gw di pohon Keres, ternyata sudah tau keberadaan gw, dan kabarnya, itu adalah TIANG KEMBAR gw
makhluk yg membawa gw di pohon Keres, ternyata sudah tau keberadaan gw, dan kabarnya, itu adalah TIANG KEMBAR gw
namun
de No menjelaskan, belum bisa TIANG KEMBAR di rasuki bila belum akil
baligh, dan semenjak itu, yg awalnya mas Didik jauh lebih kuat dari gw,
kini, jauh lebih lemah dari gw, karena makhluk itu, selalu ada di
belakang gw
mas Akhiyat menceritakan kondisi saat itu.
semua orang tegang, bu De, bu Lek bahkan mbah Nang dan mbah Dok juga begitu.
de No hanya duduk menghisap rokok, sementara mas Didik di bawa ke kamar belakang, gw di biarkan sendiri, karena kabarnya, gw maen dengan makhluk itu
semua orang tegang, bu De, bu Lek bahkan mbah Nang dan mbah Dok juga begitu.
de No hanya duduk menghisap rokok, sementara mas Didik di bawa ke kamar belakang, gw di biarkan sendiri, karena kabarnya, gw maen dengan makhluk itu
pak haji Sanah sudah tau, karena keesokan harinya bapak membawa gw ke rumahnya, atas perintah de No.
pak haji Sanah hanya mengatakan, agar membangun pagar kayu dari pring kuning (bambu kuning) di teras rumah, konon, makhluk itu sangat benci dengan bambu kuning
pak haji Sanah hanya mengatakan, agar membangun pagar kayu dari pring kuning (bambu kuning) di teras rumah, konon, makhluk itu sangat benci dengan bambu kuning
Bapak
segera menuruti apa yg di perintahkan pak haji Sanah, sembari menunggu
jalan apa sebaiknya agar makhluk itu tidak mengikuti gw, ada hal unik yg
dulu ibuk selalu ceritakan ke gw,
waktu kecil, gw itu rewel, tiap bapak berangkat narik becak, gw bakal nangis gak berhenti2
waktu kecil, gw itu rewel, tiap bapak berangkat narik becak, gw bakal nangis gak berhenti2
dan bahkan ibuk sampe nyerah harus bagaimana biar gw gak nangis, kalau bapak gak narik, kami gak ada uang buat makan.
akhirnya cara satu2nya, gw di letakkan di pagar kuning, dan anehnya setiap gw disana, gw seakan lupa bapak akan pergi narik
akhirnya cara satu2nya, gw di letakkan di pagar kuning, dan anehnya setiap gw disana, gw seakan lupa bapak akan pergi narik
dan gw
akan bermain disana, seolah2 ada yg nemenin gw maen, sebenarnya, yg
nemenin gw maen adalah makhluk itu, dia yg di sebut de No TIANG KEMBAR
gw.
setiap kali gw tanya mas Akhiyat seperti apa wujudnya, mas Akhiyat tampak tidak mau membicarakan, jujur, gw sedikit ingat, tapi
setiap kali gw tanya mas Akhiyat seperti apa wujudnya, mas Akhiyat tampak tidak mau membicarakan, jujur, gw sedikit ingat, tapi
setiap gw udah hampir dapat wujudnya, gw langsung lupa, yg gw inget, cuma pohon keres tempat makhluk itu tinggal.
karena kejadian waktu Arisan keluarga itu, setahu gw, gw gak di bawa oleh siapapun, melainkan gw lari mengikuti gantrung (capung) yg terbang menuju pohon keres itu
karena kejadian waktu Arisan keluarga itu, setahu gw, gw gak di bawa oleh siapapun, melainkan gw lari mengikuti gantrung (capung) yg terbang menuju pohon keres itu
mas
Akhiyat hanya mengatakan, bahwa mas Didik semenjak saat itu, tidak
berani mendekati gw, dan selalu ketakutan tiap melihat gw, untuk seorang
anak berusia 16 tahun yg sudah terbiasa melihat makhluk seperti itu,
tentu itu bukan hal yg biasa, semengerikan apa makhluk itu
namun
yg pertama tahu wujud makhluk itu adalah mbah Gimon, tetangga gw, yg
selalu mengamati ketika gw bermain di pagar bambu kuning.
kabarnya, makhluk itu mengasuh gw layaknya seorang ibu, wujudnya menyerupai wanita dengan wajah tertutup rambut panjang,
kabarnya, makhluk itu mengasuh gw layaknya seorang ibu, wujudnya menyerupai wanita dengan wajah tertutup rambut panjang,
panjang
rambutnya sendiri sampai menyentuh tanah, badanya bungkuk dengan tangan
kurus dan kuku panjang, mbah Gimon selalu memperhatikan gw, namun
beliau tidak berani melakukan apa2, karena kasus TIANG KEMBAR bukan
kasus yg boleh di tangani oleh orang luar
karena
TIANG KEMBAR memiliki tingkat bukan sekedar di ikuti oleh Jin,
melainkan, Ikatan bahwa Jin itu sangat susah untuk di usir dan tentu
saja, mencelakai.
tidak
hanya mbah Gimon, hampir semua orang tua tau keberadaan makhluk ini yg
menetap di pagar bambu kuning rumah gw, biasanya, ia hanya berdiri di
sana, dan yg bisa melihatnya tidak berani menatap lama2, karena konon
matanya melihat dengan amarah, namun setiap bermain dengan gw
wajahnya
teduh, seperti ibu bertemu dengan anaknya, semua orang jawa tau, tidak
ada yg namanya TIANG KEMBAR yg mendatangkan kebaikan, sebaliknya,
makhluk ini hanya sedang menunggu, menunggu sampai gw bener2 siap untuk
menjadi jodoh bagi dirinya.
yg
mengejutkan adalah, bambu kuning itu rupanya bukan media untuk makhluk
itu agar tidak mendekati gw di dalam kamar, namun, bambu kuning itu
hanya sebagai wadah bagi makhluk itu untuk tidak tinggal di dalam rumah,
karena, ibuk pernah melihat, makhluk itu mengelus rambut gw
makhluk
itu selalu menemani gw di dalam kamar, namun ia akan pergi ketika gw
udah tidur, di lain hal, pak haji Sanah, sudah mempersiapkan semuanya,
akan tetapi ada hal yg akan menimbulkan masalah besar di dalam keluarga
besar gw
bapak,
setidaknya, tidak boleh lagi mengikuti tradisi yg di lakukan keluarga
besar gw, karena yg namanya MBAREP TUNGGAL hanyalah salah satu dari tipu
daya Iblis yg sewaktu2 dapat menyesatkan lebih jauh, namun hal ini,
tidak di terima oleh pak de No, menurut mereka, semua orang-
-berhak atas pilihanya sendiri.
semenjak saat itu, keluarga besar gw terbagi menjadi 2, mendukung untuk tidak melanjutkan tradisi, atau tetap melanjutkan tradisi ini
meski begitu, pak de No tidak lepas tangan, semenjak beliau tau bahwa gw berbeda, beliau menjalankan puasa mutih
semenjak saat itu, keluarga besar gw terbagi menjadi 2, mendukung untuk tidak melanjutkan tradisi, atau tetap melanjutkan tradisi ini
meski begitu, pak de No tidak lepas tangan, semenjak beliau tau bahwa gw berbeda, beliau menjalankan puasa mutih
puasa
yg di lakukan untuk memperkuat ilmunya, karena urusan TIANG KEMBAR tidak
boleh di biarkan berlarut2, apalagi, mbah Nang, sudah siap menurunkan
kerisnya, konon, ketegangan ini bahkan membuat desa gw jauh lebih
mencekam daripada biasanya, di setiap sudut desa, di temui,
banyak
sekali lelembut Tamu, yg kebanyakan berasal dari tempat yg jauh, alasan
mereka disini, karena TIANG KEMBAR adalah wadah bagi mereka untuk ikut
masuk.
mas
Akhiyat bercerita, bila semenjak kejadian itu, gw di titipkan dan
tinggal bersama pak haji Sanaah selama 1 minggu, dan beliau menceritakan
asal usul TIANG KEMBAR yg rupanya memiliki hubungan dengan ibuk, hal
ini juga di ketahui oleh pak de No
Ibuk
adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara, rupanya sejak kecil ibuk itu anaknya
memang sedikit ndablek, dan susah di atur, namun hal yg gk di ketahui
adalah, ibuk itu kesayangan mbah buyut
Mbah
buyut ini bisa di bilang berilmu tinggi, dan memiliki perewangan yg
banyak sekali untuk menjaga rumahnya, karena mbah buyut adalah salah
satu orang yg berada waktu itu.
ibuk pernah cerita suatu waktu, dimana rumah mbah Buyut di santronin oleh maling
ibuk pernah cerita suatu waktu, dimana rumah mbah Buyut di santronin oleh maling
belum
masuk rumah dan hanya berniat untuk maling, namun, si maling sudah di
tangkap oleh makhluk yg besarnya setinggi pohon rambutan, untung saja,
maling itu paham akan yg namanya perewangan jadi beliau berteriak "kulo
nuwun"(permisi) dan di jawab oleh mbah Buyut dari dalam rumah
ketika
di jawab mbah buyut, maka otomatis perewanganya melepaskan maling itu
dan kemudian pergi menjauh, mbah Buyut baru sadar bila apa yg baru saja
dia lakukan adalah melepaskan orang yg berniat maling
disini,
mbah Buyut rupanya ngasih ibuk semacam penjaga, yg berwujud wanita
mengenakan kebaya, ibuk dulu memanggilnya dengan Kembang Turi, karena
kebayanya berwarna merah menyerupai kembang turi, berbeda dengan mbah
buyut, si mbah yg merupakan ibuk kandungnya ibuk adalah muslim-
-taat,
beliau menjauhi nilai kejawen dan mengajarkan anak2nya untuk tidak
percaya hal itu, semua anaknya nurut, kecuali ibuk, disini ibuk di latih
oleh seorang guru spiritual salah satunya adalah puasa malam.
konon,
puasa ini gak bisa sembarangan di lakukan dan tingkat kesulitanya jauh
di luar akal, bahkan sebegitu sulitnya puasa ini, bisa menyebakan
seorang manusia menjadi gila, dasar ibuk memang bandel sedari kecil,
beliau nekat melakukan puasa itu
puasa
itu hanya di lakukan selama 3 hari, dengan hanya meminum air putih
setiap jam 12, dan tidak boleh tidur bila belum melewati jam 3 dinihari,
namun ibuk hanya bisa berpuasa selama 2 hari, karena pada hari ke 2,
beliau di datangi, 2 jin wanita yg berwajah kembar
2 jin
wanita kembar ini menawarkan kesepakatan bahwa ibuk bisa mendapat apapun
yg dia inginkan hanya dengan syarat, dia di perbolehkan tinggal dan
mengikuti ibuk, perewangan ibuk tidak suka dengan ini, sehingga terjadi
benturan yg membuat ibuk jatuh sakit
disini,
si mbah tau, bahwa ibuk rupanya melakukan hal2 semacam ini, sehingga
akhirnya ibuk di ruqiah, dan di temukan puluhan susuk dalam wajah ibuk.
disini pak haji Sanah, menjelaskan, bahwa, tubuh gw baunya sudah seperti pandan yg di tanak, sedangkan TIANG KEMBAR gw, memiliki
disini pak haji Sanah, menjelaskan, bahwa, tubuh gw baunya sudah seperti pandan yg di tanak, sedangkan TIANG KEMBAR gw, memiliki
aroma
yg sama, dan mereka rupanya memiliki ikatan dengan 2 jin wanita itu, dan
selama ini, 2 jin wanita itu rupanya masih mengikuti ibuk, namun dari
jauh, sedangkan perewangan ibuk yg dulu di beri untuk jaga ibuk, sudah
di kurung setelah kejadian ruqiah itu
hari itu juga, bapak dan ibuk gw setuju dan akan membawa gw pindah menjauh dari keluarga besar gw.
setiap malam, sebelum tidur, ibuk selalu membacakan gw, sesuai perintah pak haji Sanah, selama sebulan penuh bergantian sama bapak, dan setiap di bacakan, gw selalu sawan
setiap malam, sebelum tidur, ibuk selalu membacakan gw, sesuai perintah pak haji Sanah, selama sebulan penuh bergantian sama bapak, dan setiap di bacakan, gw selalu sawan
kadang
meronta kepanasan, kadang kejang2 seperti orang ayan, bahkan beberapa
kali membuat ibuk tidak tega, namun semua ini harus di lakukan untuk
membuat TIANG KEMBAR gw yg berupa Jin pengikut ini bisa menjauh,
sedangkan dari jauh, pak haji Sanah juga membantu dari rumahnya
puncaknya,
ketika gw menjerit bahkan mbah Nang dan mbah Dok sampai ikut menemani
di dalam kamar, karena katanya, rumah gw sudah di penuhi oleh lelembut.
di
usia yg masih sekecil itu, gw di bawa ke banyuwangi, dengan pak haji
sanah dan pak de No, sesampainya disana, gw setiap harinya di jaga di
dalam kamar kecil, agar TIANG KEMBAR ini tidak mengikuti gw lagi satu2
nya cara adalah membuat bau pandan yg ada di dalam tubuh gw-
di
buat kabur, dengan cara menutup paksa mata batin gw yg katanya semakin
sensitif, namun efeknya, gw bakal gampang sakit, namun untuk beberapa
bulan saja, dan pak haji Sanah juga mengatakan bahwa sewaktu2, lokasi gw
bisa saja di temukan lagi dan bila itu terjadi, maka,-
-gw harus di bawa lagi kembali kesini.
pak de No sebenarnya punya alternatif lain, dia kenal dengan seorang wanita tua yg bisa membantu gw untuk mengaburkan bebauan aroma badan gw, namun di tolak sama bapak karena melibatkan banyak jin dan bapak juga sudah tidak percaya-
pak de No sebenarnya punya alternatif lain, dia kenal dengan seorang wanita tua yg bisa membantu gw untuk mengaburkan bebauan aroma badan gw, namun di tolak sama bapak karena melibatkan banyak jin dan bapak juga sudah tidak percaya-
dengan de No, meski begitu, kelak, gw akan di pertemukan dengan wanita tua ini.
kejadian
ini berlanjut ketika gw berurusan dengan makhluk penghuni pabrik tua,
hal yg di anggap de No sudah berakhir dengan keluarnya makhluk itu dari
tubuh gw, rupanya mendatangkan 2 Jin kembar yg sempat dulu datang ke
ibuk, kali ini, dia menampakkan wujudnya..
yg
gak bisa gw lupain dari wujudnya adalah, senyumnya, bibir mereka miring,
dengan mata tertutup rambut gimbal, dan cara ngelihat gw dengan menekuk
kepalanya kesamping, setiap mereka mendekat nyaris menyerupai seseorang
yg tengah berjalan pincang, tergedek-gedek.
setiap
malam, satu dari mereka akan duduk di atas almari, yg satunya, menatap
gw dari ujung kamar, gw hanya bisa melihat mereka, tanpa dapat berbicara
dengan mereka, namun, anehnya, gw gk merasa takut sedikitpun,
sebaliknya, nyaris gw selalu ngelihatin mereka.
tapi
setiap kali gw inget peristiwa ini, amit2, gw gak mau lagi lihat makhluk
seperti itu, terlebih ketika gw tidur, mereka akan menatap wajah gw
deket sekali dengan bibir miring yg terkadang menampakkan gigi bugis
(ompong) mereka.
selama
itu juga gw gak tau, ternyata perstiwa ini lebih serius dari apa yg gw
duga, mata batin gw yg sempat di tutup oleh pak haji Sanaah, ternyata
sudah di buka oleh mereka, sehingga gw jauh lebih sensitif, hanya saja,
mereka yg bisa gw lihat hanya mereka yg menghendaki gw lihat
yg
lebih mengejutkan lagi, ketika gw lahir, sebenarnya, 2 jin kembar ini
selalu memantau keadaan ibuk sama gw, namun, gw di anggap lebih menarik
di bandingkan ibuk, karena konon, gw jauh lebih kuat dari ibuk.
ada
satu hal yg harusnya gw jelasin tentang ibuk, yaitu soal hasil belajar
kebatinan dan puasa yg seharusnya 3 hari, memberi ibuk sebuah kelebihan
yg bisa di bilang membuat ibuk sendiri ketakutan, karena gak hanya
terjadi 1 atau 2 kali, namun, puluhan kali, apa itu?
jawabanya, praduga buruk
bila
mas Didik di beri kemampuan ketika dia sakit hati, orang yg menyakiti
akan jatuh sakit, ibuk memiliki hal yg menakutkan bagi dirinya bahkan
orang terdekatnya, yaitu praduga buruk
setiap
kali ibuk merasakan firasat buruk terhadap orang lain atau siapapun,
maka, firasat itu selalu saja menjadi kenyataan, anehnya, firasat ini
tidak muncul sesuai kehendak namun muncul secara tiba-tiba.
pernah
Ibuk menasehati tetangga gw, untuk menghindari jalan ini, namun
tetangga gw, malah tetap nekat lewat jalan itu, sebelumnya, ibuk
tiba-tiba berfirasat bahwa tetangga gw terlihat berlumuran darah, dan
kemudian, kami mendapat kabar, bahwa tetangga gw, meninggal terlindas-
-Truk.
tidak hanya itu, masih banyak peristiwa yg gk bisa di jelaskan oleh akal sehat, karena itu, ketika ibuk mendapat firasat buruk yg berhubungan dengan gw, ibuk selalu mewanti2 agar gw nurut apa katanya. namun yg lebih penting, 2 jin kembar itu, mengikuti gw, karena-
tidak hanya itu, masih banyak peristiwa yg gk bisa di jelaskan oleh akal sehat, karena itu, ketika ibuk mendapat firasat buruk yg berhubungan dengan gw, ibuk selalu mewanti2 agar gw nurut apa katanya. namun yg lebih penting, 2 jin kembar itu, mengikuti gw, karena-
-gw jauh lebih kuat lagi.
untungnya, de No, akhirnya tau, ketika tiba2 beliau masuk ke dalam kamar gw, melihat, 2 jin itu seperti sudah menunggunya.
konon, de No mendapat bisikan ghaib, bahwa TIANG KEMBAR gw sedang berusaha mencari jalan pulang, malam itu, kami sekeluarga besar
untungnya, de No, akhirnya tau, ketika tiba2 beliau masuk ke dalam kamar gw, melihat, 2 jin itu seperti sudah menunggunya.
konon, de No mendapat bisikan ghaib, bahwa TIANG KEMBAR gw sedang berusaha mencari jalan pulang, malam itu, kami sekeluarga besar
sepakat buat pergi ke Rumah tempat kampung halaman mbah Nang, kabarnya, disana gw bakal di Padus kembang (Mandi kembang 7 rupa)
namun, firasat gw sangat gak enak, dan ternyata tempat itu bisa di katakan, penuh di huni lelembut dengan bentuk dan rupa yg tidak dapat gw jelasin
namun, firasat gw sangat gak enak, dan ternyata tempat itu bisa di katakan, penuh di huni lelembut dengan bentuk dan rupa yg tidak dapat gw jelasin
disini
gw baru tau, kalau rumah ini dulu di huni oleh Mbah waktu kecil, mbah
sendiri rupanya adalah anak ke 2, dan selama ini gw gak pernah kenal
dengan saudara si mbah, namun malam ini, gw tau, bila saudara mbah Nang
rupanya adalah seorang wanita tua, namun sayangnya, beliau
memiliki masalah dengan kejiwaanya.
sejujurnya,
gw gak deket sama mbah Nang, karena di antara cucu2 nya, gw yg jarang
sekali ngobrol, namun malam ini, mbah Nang menceritakan semuanya.
rupanya, kejadian ini pernah terjadi sebelumnya, dimana satu generasi pernah lahir 2 Mbarep Tunggal, namun sayangnya,
rupanya, kejadian ini pernah terjadi sebelumnya, dimana satu generasi pernah lahir 2 Mbarep Tunggal, namun sayangnya,
satu
di antara mereka harus kehilangan akal sehatnya, karena tidak sanggup
menahan beban yg ada di pundaknya, disinilah mbah Nang takut hal itu
akan terulang kembali, sejujurnya, Bapak masih menolak terlebih ketika
de No memberitahu bahwa gw dalam bahaya yg lebih besar,
bila
berurusan dengan penghuni pabrik saja sudah mendapat masalah sebesar itu
apalagi bila berhadapan dengan TIANG KEMBARNYA, bila tidak gila, maka
gw pasti mati, bahkan de No mengatakan, perbandingan menghadapi TIANG
KEMBAR seperti membandingkan ujung kelingking-
dengan segumpal daging.
namun, alasan sebenarnya gw di bawa kesini, karena bebauan di sekitar sini dapat menyamarkan bau di badan gw yg kata de No ibarat Pandan yg sudah di rebus.
sementara pak Lek gw yg lain, pergi menyusul wanita yg pernah menyelamatkan gw,
namun, alasan sebenarnya gw di bawa kesini, karena bebauan di sekitar sini dapat menyamarkan bau di badan gw yg kata de No ibarat Pandan yg sudah di rebus.
sementara pak Lek gw yg lain, pergi menyusul wanita yg pernah menyelamatkan gw,
namun
sayangnya, wanita tua itu, sudah meninggal tepat setelah kunjungan
terakhir gw, meninggalnya sendiri murni karena usia, dan mendengar itu
de No akhirnya mencoba dengan caranya sendiri, gw di minta untuk hanya
berdiam di dalam kamar dimana, samping kanan kiri-
hanya
ada bambu, namun yg gw inget adalah, di kamar itu, bebauan kemenyan
sangat menyengat, dan tepat di malam berikutnya, de No membawa masuk
seorang wanita tua, beliau adalah mbak yu dari si mbah, begitu melihat
gw, yg gw inget, dia hanya diam, matanya kosong lalu duduk -
tepat di depan gw yg merinding melihat tingkah lakunya.
de No mengatakan, bahwa, harus ada yg di lakukan sebelum gw bener2 siap buat nutup semua ini, di lain hal, pak haji Sanaah yg sebelumnya di cari ibuk, rupanya sudah pindah rumah, padahal, beliau adalah wali gw
de No mengatakan, bahwa, harus ada yg di lakukan sebelum gw bener2 siap buat nutup semua ini, di lain hal, pak haji Sanaah yg sebelumnya di cari ibuk, rupanya sudah pindah rumah, padahal, beliau adalah wali gw
sontak
malam itu, gw cuma mendengar, mbak yu menangis dan tertawa di dalam
kamar, berdua dengan gw, namun firasat gw, bahwa di dalam kamar, gw gk
sendirian melainkan 2 jin kembar itu juga ada disana.
namun,
bukan itu yg bikin gw merinding, melainkan pada jam2 tertentu, mbak yu
nyinden dengan bahasa jawa yg gk bisa gw pahami, namun suarany halus dan
melengking, anehnya, dari luar kamar, seolah ada pegiring karawitan yg
membuat gw seolah2 tau, bahwa mereka bukan manusia
gw
belum pernah mendengar seseorang bersyair diiringi alunan musik yg
begitu kental dengan nuansa mistis karena satu yg gw inget adalah, dada
gw berdetak lebih cepat, bulukuduk gw beridiri, karena Mbak Yu tiba2
menyeringai dan tetap bersyair dengan suaranya yg melengking
"Dia
bukan mbak Yu" kata gw, dan dengan mata kepala gw sendiri gw semakin
takut saat dia menari layaknya penari jaipong di depan gw,
berlenggak-lenggok di dalam kamar yg sempit itu, sementara gw mulai
menangis, Mbak Yu seperti menikmati suasana itu.
terkadang
ia tertawa begitu keras, namun terkadang suaranya saru layaknya ia baru
saja menangis, namun, matanya masih awas melihat dimana gw terduduk di
atas kasur, sementara musik gamelan mulai mengalun lembut, dan mbak Yu
mendekat, mendekat, mendekat, semakin dekat. lalu
gw
bisa melihat dengan jelas, guratan wajah tua yg sebelumnya gw lihat
sangat berbeda, kali ini, di dalam kegelapan, di sertai sedikit cahaya
yg muncul dari langit2 kamar, wajah itu sebegitu dekat dengan wajah gw
yg tercekat, tersenyum memandang gw, yang saat itu baru sadar,
2 Jin
Kembar itu sudah masuk dalam tubuh mbak Yu, karena sosok itu tampaknya
menikmati moment itu, hingga suara musik karawitan itu perlahan
menghilang.. suaranya perlahan2 memudar, dan kemudian, wajah itu juga
menghilang bersamanya, namun sebelum wajah itu menghilang,
menyeringai seolah memberi pesan kepada gw, bahwa dia masih ada.. sebuah senyuman yg sampai saat ini bakal gw inget2, bahkan di tengah malam seperti ini..
setelah
sosok mbak Yu menghilang, gw mendengar seseorang masuk, rupanya de No,
beliau melihat gw, menggendong tubuh gw yg masih tidak dapat percaya
dengan semua ini, sontak gw bertanya pada de No, kemana mbak Yu..
dengan wajah seperti enggan memberitahu, de No hanya mengatakan
dengan wajah seperti enggan memberitahu, de No hanya mengatakan
"wes wes" (sudah sudah) , "lalino kabeh yo" (lupakan semuanya ya)
di luar kamar, masih di dalam rumah Pedopo itu, gw melihat ke kanan kiri, berusaha mencari darimana sumber suara gamelan dan musik2 itu mengalun tadi, namun, gw gak melihat apapun, seolah suara itu muncul begitu-
di luar kamar, masih di dalam rumah Pedopo itu, gw melihat ke kanan kiri, berusaha mencari darimana sumber suara gamelan dan musik2 itu mengalun tadi, namun, gw gak melihat apapun, seolah suara itu muncul begitu-
-saja, entah darimana.
gw di
minta melepaskan baju gw, hanya dengan celana pendek, di saat malam
masih menyelimuti langit, de No menyentuh kepala gw sembari entah
membaca apa, sementara di sekitar gw, bu De, bu Lek, bahkan mbah Nang,
mengelilingi gw seolah2 gw adalah tontonan yg menarik
berkali2
tubuh dan kepala gw di guyur dengan air kembang, membuat gw menggigil
kedinginan, sampai, tiba2, yg gw inget waktu itu, kesadaran gw seolah di
bagi menjadi beberapa bagian, karena, semua orang yg disana mendadak
berubah, dan gw di kelilingi makhluk lain,
Pendopo
yg seharusnya di kelilingi keluarga besar gw tiba2 menjadi sarang
makhluk Lelembut, dan tepat jauh di depan gw, ada seseorang yg tengah
duduk di sebuah kursi tua, beliau memiliki rupa seperti mbak Yu..
disanalah gw di minta mendekat, maka meskipun enggan, tubuh gw-
disanalah gw di minta mendekat, maka meskipun enggan, tubuh gw-
-seolah2 bergerak dengan sendirinya, mendekati sosok itu.
“Ngger, sing sabar” (nak, yang sabar) “
“aku yo tau ngerasak’e opo sing mok rasak’e” (aku juga pernah merasakan apa yg kamu rasakan)"
“ra sah wedi, ra sah khawatir” (gak usah takut, gak usah khawatir)
“aku yo tau ngerasak’e opo sing mok rasak’e” (aku juga pernah merasakan apa yg kamu rasakan)"
“ra sah wedi, ra sah khawatir” (gak usah takut, gak usah khawatir)
“mbah” kata gw, “nopo to urip kulo koyok ngene” (mbah , kenapa tah hidup saya seperti ini)
Mbak Yu hanya melihat gw dengan tatapan sedih, dan gw inget, melihat Mbak Yu disana itu seperti di Ratukan oleh kaum mereka, walaupun gw masih gak yakin itu kakak si mbah yg sebelumnya.
Mbak Yu hanya melihat gw dengan tatapan sedih, dan gw inget, melihat Mbak Yu disana itu seperti di Ratukan oleh kaum mereka, walaupun gw masih gak yakin itu kakak si mbah yg sebelumnya.
“koen eroh sopo sing Mbarep Tunggal sak iki?” (kamu tau siapa mbarep tuggal di keluargamu saat ini)
“Mas Didik” kata gw ragu.
“Bukan” kata beliau, “tu koe” (itu kamu)
“Mas Didik” kata gw ragu.
“Bukan” kata beliau, “tu koe” (itu kamu)
Gw
diem sembari mendengarkan penjelasan beliau “tapi” katanya, “Mbarep
Tunggal iku bebane abot, dirimu ra sah meksak’e nek ra kuat, Didik lahir
bukan sebagai Mbarep Tungal tapi Alang-alang sing seharus’e ndampingi
awakmu”
(Mbarep
Tunggal itu seharusnya kamu, bebanya sangat berat, kamu tidak usah
memaksakan kalau tidak kuat menanggungnya, Didik lahir bukan sebagai
Mbarep Tunggal tapi pendamping mu)
Gw masih bingung mencerna kalimatnya, lama gw berpikir dan akhirnya beliau mengatakan lagi.
Gw masih bingung mencerna kalimatnya, lama gw berpikir dan akhirnya beliau mengatakan lagi.
“iling-iling, sopo sing eroh Mbarep tunggal iku?” (coba di ingat2 siapa yg tau sesiapa yg seharunya menjadi Mbarep tunggal?)
“Mbarep tunggal liyane Mbah” (Mbarep tunggal yg lain)
“cah bagus” (Pinter) katanya.
“Mbarep tunggal liyane Mbah” (Mbarep tunggal yg lain)
“cah bagus” (Pinter) katanya.
“tapi de No” kata gw masih mencoba menyanggah, dengan senyuman yg menenangkan, gw mendengar hal yg mengejutkan.
“Sebener’e, sak jane Mbarep tunggal iku mandek nang aku ngger” (seharusnya Mbarep tunggal berhenti di saya nak)
“Sebener’e, sak jane Mbarep tunggal iku mandek nang aku ngger” (seharusnya Mbarep tunggal berhenti di saya nak)
“Tapi
dasar Pingi iku malah ngelanjutke tradisi ra nggenah sing seharus;’e di
akhiri iki” (tapi emang dasar, Pingi (Mbah nang) malah melanjutkan
tradisi yg syirik ini padahal ini harus berakhir)"
“Mbah nang, juga alang-alang mbah?”
Mbak Yu mengangguk.
“Mbah nang, juga alang-alang mbah?”
Mbak Yu mengangguk.
Disini gw akhirnya paham sesuatu, yg berhubungan satu sama lain, “de No apakah?”
Mbak Yu langsung mengangguk “de No juga Alang-alang saja” “memang bedone koyok rambute beludo, tapi nek tradisi iki terus di lakokno, kabeh iki ra isok mari” (Memang bedanya setipis rambut beludo.
Mbak Yu langsung mengangguk “de No juga Alang-alang saja” “memang bedone koyok rambute beludo, tapi nek tradisi iki terus di lakokno, kabeh iki ra isok mari” (Memang bedanya setipis rambut beludo.
.(Hantu di pohon kelapa) tapi bila tradisi ini terus di lanjutkan tidak akan bisa selesai)
“trus sinten Mbah sing dadi Mbarep Tunggal sak jamane, de No niki?” (lalu siapa yg satu generasi dengan de No yg seharusnya menjadi Mbarep tunggal?)
“Bapakmu ngger” (ayahmu ngger)
“trus sinten Mbah sing dadi Mbarep Tunggal sak jamane, de No niki?” (lalu siapa yg satu generasi dengan de No yg seharusnya menjadi Mbarep tunggal?)
“Bapakmu ngger” (ayahmu ngger)
Di
kejadian yg seperti mimpi itu, terakhir gw bercakap sama beliau yg
mengaku sebagai Mbak Yu, itu berakhir ketika beliau mengusap wajah gw
dan seketika itu, mbah Nang dan de No melihat gw, lemes, untuk berdiri
pun susah, gw Cuma lihat bapak gendong badan gw dan Ibuk-
-, meninggalkan tempat itu.
Di jalan pulang, keluarga gw dan keluarga besar seperti tidak ingin membahas, kejadian itu, gw sempetin untuk bertanya sama bapak, “Pak, bapak dulu juga”
Bapak seperti langsung tau, “Iyo, Bapak lebih parah, awakmu mek ilang sedino, bapak, seminggu”
Di jalan pulang, keluarga gw dan keluarga besar seperti tidak ingin membahas, kejadian itu, gw sempetin untuk bertanya sama bapak, “Pak, bapak dulu juga”
Bapak seperti langsung tau, “Iyo, Bapak lebih parah, awakmu mek ilang sedino, bapak, seminggu”
(kamu Cuma hilang sehari, bapak dulu malah satuminggu)
“berarti, sing di omong’ke Mbak Yu” (berarti yg di bicarakan sama Mbak yu)
“iyo.. bener” (benar.)
“berarti, sing di omong’ke Mbak Yu” (berarti yg di bicarakan sama Mbak yu)
“iyo.. bener” (benar.)
Kabarnya,
Bapak berhasil bertemu dengan pak haji Sanah di Jawa tengah, beliau
pindah karena di mintai tolong untuk menjaga sebuah pabrik yg
beroperasi, yg katanya, setiap Pabrik rupanya ada yg pegang, menghindari
serangan dari orang yg tidak suka. Tapi intinya, pak Haji Sanah,-
-sudah menahan Tiang Kembar gw sejak lama, dan sebuah kebohongan bila Tiang Kembar gw sedang mencari jalan pulang.
Sedangkan Jin Kembar itu hanya mengikuti Ibuk, dan memang berbahaya sejak lama, pak haji Sanah sendiri dulu pernah melihatnya sewaktu ibuk datang ke rumahnya,-
Sedangkan Jin Kembar itu hanya mengikuti Ibuk, dan memang berbahaya sejak lama, pak haji Sanah sendiri dulu pernah melihatnya sewaktu ibuk datang ke rumahnya,-
-
tidak di sangka ternyata Jin itu tertarik juga dengan gw, itulah alasan
de No begitu protektif, mengira bahwa Jin itu akan menjadi jalan bagi
Tiang Kembar gw untuk menemukan jalan pulang.
Namun, kejadian itu mempercepat gw untuk pindah ke rumah baru.
Namun, kejadian itu mempercepat gw untuk pindah ke rumah baru.
Bapak dapat pekerjaan baru, dan kami meninggalkan tradisi itu.
Meski begitu, hubungan baik keluarga gw sama keluarga besar gw tetap terjalin baik. Setengah dari keluarga besar gw juga sudah meninggalkan tradisi itu.
Sekarang, setelah mbah Nang dan de No sudah meninggal, tradisi
Meski begitu, hubungan baik keluarga gw sama keluarga besar gw tetap terjalin baik. Setengah dari keluarga besar gw juga sudah meninggalkan tradisi itu.
Sekarang, setelah mbah Nang dan de No sudah meninggal, tradisi
-ini
di teruskan oleh mas Didik, terakhir kali gw ketemu, mereka masih
melakukan tradisi itu meski sudah jarang dan tidak seintens dulu..
Lalu, inget dengan Ndira, temen sekampus gw dulu yg pernah mengatakan ada yg menjaga gw dari jauh dan dia tidak mau membicarakan itu.
Lalu, inget dengan Ndira, temen sekampus gw dulu yg pernah mengatakan ada yg menjaga gw dari jauh dan dia tidak mau membicarakan itu.
Alasanya, rupanya, ada 2 yg menjaga gw dari jauh dan tidak bisa mendekat karena bisa bertabrakan.
Mereka adalah almarhum Mbak Yu, karena setelah peristiwa itu, Mbak Yu meninggal, meski keluarga besar gw menganggap dulu beliau memang sudah sakit keras, dan rela menanggung 2 jin-
Mereka adalah almarhum Mbak Yu, karena setelah peristiwa itu, Mbak Yu meninggal, meski keluarga besar gw menganggap dulu beliau memang sudah sakit keras, dan rela menanggung 2 jin-
kembar
yg sempat menganggu gw, untuk tinggal di dalam tubuhnya, bisa di
katakan, Mbak Yu berkorban menerima semua makhluk lelembut itu agar mbah
Nang tidak melanjutkan tradisi ini dulu, namun mbah Nang salah
mengartikan semua ini.
Gw
pun gak bisa menyampaikan pesan itu pada mbah Nang, karena waktu itu gw
masih di pandang sebagai anak2 yg ucapanya tidak akan di percaya.
Kata Ndira di Wetan (Timur) Mbak Yu menjaga gw, sedangkan di kulon (Barat) Kembang Turi, perewangan milik Ibu yg menjaga gw, apapun itu.
Kata Ndira di Wetan (Timur) Mbak Yu menjaga gw, sedangkan di kulon (Barat) Kembang Turi, perewangan milik Ibu yg menjaga gw, apapun itu.
.
selama mereka memiliki niat yg baik, dan gw gak merasa terganggu, maka
gw biarkan saja, tapi Ibuk selalu berpesan sama gw, “Sholat, Sholat.
Sholat dan jangan pernah meninggalkan Sholat”
Jadi waktu kejadian gw di bawa ke Pendopo saat bapak dan ibuk mencari haji Sanah,
Jadi waktu kejadian gw di bawa ke Pendopo saat bapak dan ibuk mencari haji Sanah,
tanpa
sepengetahuan bapak, Ibuk meminta perewanganya yg pernah di kurung
sewaktu beliau di ruqiah untuk di lepaskan sebagai pendamping saja.
Walaupun alot akhirnya, permintaanya di kabulkan
Namun setiap Ibuk gw Tanya. Ibuk akan berdalih sampai saat ini, bahwa beliau tidak tahu-
Namun setiap Ibuk gw Tanya. Ibuk akan berdalih sampai saat ini, bahwa beliau tidak tahu-
-menahu akan hal itu.
Jadi mungkin, gw cuma berpesan saja. Kadang batasan dunia kita sama dunia mereka di buat memang untuk menjauhkan kaum kita dari kaum mereka, dan tentu saja dari perbuatan syirik karena toh, tidak ada kekuatan yg lebih besar dari kekuatan sang pencipta.
Jadi mungkin, gw cuma berpesan saja. Kadang batasan dunia kita sama dunia mereka di buat memang untuk menjauhkan kaum kita dari kaum mereka, dan tentu saja dari perbuatan syirik karena toh, tidak ada kekuatan yg lebih besar dari kekuatan sang pencipta.
Gw
tutup Thread ini sampai disini, dan sebelumnya gw minta maaf bila akhir2
ini postingan jarak thread berjauhan karena gw di kejar deadline tugas
kuliah sekaligus pekerjaan gw yg akhir2 ini nguras tenaga, lain kali, gw
akan buat Threadnya sampai selesai baru gw posting,-
jadi kalian tidak perlu menunggu lama2.
Well, gw Simple_Man, mau undur diri, sampai jumpa di Thread2 selanjutnya. Wasalam.
0 komentar:
Posting Komentar