Kuntilanak yang Marah

Assalamualaikum. Setelah membaca dan mengikuti Cerita Mistis ini dalam waktu yang lama. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut menyumbangkan kisah mistis nyata yang pernah aku alami.

Kejadian ini terjadi pada bulan November 2015 kemarin. Aku adalah seorang security disebuah BUMN (Pegadaian) di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.
Kantor yang aku jaga ini dekat dengan jalan layang Antasari. Kalau kalian ingin melihatnya, kantorku ini terletak di jalan Cipete no. 6A dan terletak bersebelahan dengan sebuah galeri barang antik khas Surabaya dan Madura.
Jadi, kantor dan galeri ini bersebalahan. Di sebelah galeri terdapat sebuah lorong kecil yang di ujungnya ada sebuah kamar mandi yang kami gunakan bersama.
Galeri ini saking banyaknya barang, sampai-sampai ada yang ditaruh di luar dan di dalam lorong kamar mandi. Karena kebetulan jarak antara bangunan dengan jalan raya lumayan besar +-10 meter, jadi barang-barang yang banyak itu berderet diluar sampai pintu gerbang.
Saat itu tepat malam Jum’at dan aku jaga dapat giliran shift 3 ( jam 23:00-07:00). Biasanya, setiap malam Jum’at, sebelum berangkat kerja saya selalu mengaji Yassin. Tapi karena lupa atau kenapa, malam itu tidak sempat mengaji. Bahkan solat isya ku kerjakan di teras kantor.

Kebetulan, Minggu itu orang yang punya galeri sedang pulang ke Surabaya bersama karyawannya untuk mengambil barang-barang di sana. jadi, yang menunggu galeri hanya anak laki-lakinya saja. Namanya Adi.
Keadaan depan kantor sangat sepi. Lampu jalan juga sudah lama mati. Hujan gerimis yang tadi sempat turun kini sudah reda.
Malam itu, setelah mengisi jurnal jaga aku sempat berkeliling kantor untuk memastikan keadaan aman.
Pukul 3 dini hari, mata ini mulai mengantuk dan aku memutuskan untuk rebahan di depan galeri. Aku memilih dipan panjang khas ukiran Madura untuk beristirahat. Kebetulan dipan itu tepat bersebalahan dengan lorong kecil kamar mandi.
Aku lalu mencoba untuk memejamkan mata dengan berselimutkan kain sarung yang kubawa dari rumah.
Entah sudah berapa lama aku tertidur ketika tiba-tiba saja aku mendengar sebuah suara yang sayup-sayup terdengar. Pikiran saya mulai berpikir yang aneh-aneh. Aku mulai teringat akan cerita-cerita seram di lingkungan kantor dan terutama cerita seram di lorong kamar mandi ini. Tapi aku berusaha untuk berpikir positif.
“Ah, mungkin ini suara si Adi nonton tv kali,” setelah berpikir begitu, aku mulai agak tenang dan berusaha untuk kembali tidur.
Tapi, suara itu terdengar terus menerus.
“Waduh, pasti ada yang gak beres nih. Gak mungkin acara yang dilihat si Adi ini acara yang adegannya nangis terus-menerus.”
Bulu kudukku merinding. Dan kepalaku tiba-tiba saja menjadi pusing. Ketika ternyata suara yang awalnya sayup-sayup itu kini mulai terdengar jelas di telingaku.
Suara tangisan itu berasal dari arah lorong kamar mandi yang tepat berada disebelahku tiduran!
Suara tangisan itu perlahan tapi pasti mulai kian mendekat. Mungkin si “pemilik” suara ini bergerak dari dalam kamar mandi keluar menuju pintu lorong.
Aku semakin ketakutan, dan berpikir yang tidak-tidak. Aku hanya bisa pasrah menunggu di balik selimut kain sarung. Namun, setelah menunggu beberapa lama, suara itu hanya “stuck” di tempat itu.
Aku yang awalnya ketakutan menjadi agak tenang. Bahkan setelah yakin bahwa kuntilanak itu akan tetap di sana. Aku mulai berpikir, “Biarin ajalah dia disitu. yang penting saya gak ganggu dia juga pasti gak akan ganggu kok.”
Meski masih ada sedikit rasa takut tapi keberanian yang mulai muncul membuatku tenang, dan aku memutuskan untuk kembali tidur. Tapi, kenyataan tak seperti yang kita bayangkan. Entah kenapa, mungkin kesal karena maksudnya menakutiku tak kesampaian. Tiba-tiba saja aku mendengar suara keras seperti kursi yang dibanting tepat di depanku.
Jantungku kembali berdegup kencang. Keberanian yang tadi ada leleh seketika. Keringat mulai bercucuran.
Suara tangisan yang menyayat hati berubah menjadi suara cekikikan. Hawa dingin terasa sekali sampai ditempat keberadaanku.
Kuntilanak itu kurasakan kini mulai bergerak mendekatiku.
Disaat-saat kritis seperti itu, aku teringat perkataan yang diucapkan oleh bapakku. Dia adalah orang Indramayu yang di desanya dulu pernah menjadi jawara kebatinan.
“Jika suatu ketika ada makhluk halus yang mencoba untuk mengganggu dirimu, bacalah ayat kursi dan doa Nurbuat. Lalu berdoalah kepada Allah, mintalah perlindungan kepada-nya.”
Dengan sedikit usaha, aku mencoba mengingat-ingat dia Nurbuat. Setelah yakin aku membaca basmallah dilanjutkan dengan membaca ayat kursi, lalu aku membaca doa Nurbuat.
Selama aku membaca doa-doa tersebut, kuntilanak itu terus-menerus tertawa cekikikan. Konsentrasiku agak terganggu. Namun alhamdulillah, setelah selesai membaca doa itu, suara kuntilanak itu menghilang.
Aku masih belum berani membuka sarung yang menyelimutiku. aku terus menunggu, takut ada hal-hal seperti tadi datang kembali. Mungkin karena lama menunggu, aku kembali tertidur. dan terbangun saat kumandang adzan subuh terdengar.
Aku bangun dan melihat didepanku ada sebuah kursi kayu yang telah berantakan. Mungkin inilah yang semalam dilemparkan kepadaku oleh kuntilanak tersebut.
-Deddy