Mamiku

Assalamualaikum, ketemu lagi denganku Bismi dari Aceh, di cerita ke 41 ini aku akan bercerita tentang masalah pertemananku dengan cindy dan mungkin akan curhat sedikit. Oke lets go to story. Aku lihat di luar jendela hujan gerimis mulai turun. Aku menarik nafas panjang membayangkan apa yang terjadi denganku dan cindy, ya cindy marah padaku, karena aku tidak mau menemuinya lagi.

Memang semua ini salahku, mengapa aku tak mau lagi bertemu dengannya karena ada alasan tertentu, tapi aku tak bisa memberitahunya. Aku dengar kakakku memanggilku, ku menjawab panggilannya dan bergegas keluar kamar. Aku lihat temanku imam tersenyum padaku, lelaki ini sudah tiga kali mengutarakan perasaannya padaku, tapi aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa.

Imam mengajakku ke rumah sinta, dan aku pun hanya mengangguk. Di luar ku lihat hujan gerimis sudah berhenti, hanya saja udaranya yang dingin dan suasannya yang mendung membuat bulu kudukku berdiri. Di perjalananku teringat akan sosok nenek tua, ya dia adalah ibu dari nenekku. Aku memanggilnya dengan sebutan mami. Dia sudah lama tiada, saat ku sedang bersedih mami selalu berada di sampingku.

Aku ingin saat ini berada di samping mami. Tak lama kemudian mataku ini melihat sesosok nenek dibawah pohon jambu dekat dengan rumah imam. Ya ku tahu itu adalah mami, aku hanya tersenyum padanya. Tak terasa air mataku pun membanjiri pipiku. Aku sangat merindukanmu mamiku. Aku lihat dia tersenyum lembut padaku. Seolah-olah berkata agar aku harus sabar dan tabah menerima semuanya.

Aku lihat dia perlahan-lahan menghilang, dan tak lama kemudian ku lihat darah segar menempel di hijabku. Entah darah siapa ini. Tapi aku tak menghiraukannya dan melanjutkan perjalananku dengan imam. Mungkin memang aku tak akan pernah lagi berteman dengan cindy. Sekian, wassalamualaikum.