Cerita Seram buyutku

Cerita di kirim oleh lika

berawal kamis siang yang cukup panas, kejadian mistik yang saya alami tidaklah terlalu seram, namun terkadang kalau teringat saya masih suka bergidik dan kejadian ini sudah lama sekali, saya sendiri masih duduk di bangku kelas 6 sd. Kamis siang yang panas, sepulang sekolah saya langsung mengganti pakaian dan langsung mengambil air minum, tidak seperti biasanya rumah kala itu terliat sangat sepi.
Karena memang ibu dan adikku tidak di rumah, beliau dari pagi sudah berpesan jika akan beprgian. saya liat di meja, makanan sudah tersaji, namun karena cuaca sangat panas saya kurang berselera makan. Bingung mau membuat apa karena berada di rumah seorang diri, maka saya putuskan pergi ke rumah nenek, rumah nenekku berada di sebrang jalan.
Biasanya kalau cuaca panas seperti ini nenek, kakek dan buyut suka duduk-duduk di kursi bambu yang di letakan di bawah pohon nangka yang rindang, yang berada di samping rumah.
Setelah menutup pintu maka saya bergegas menuju rumah nenek, saya sendiri paling suka ke rumah nenek karena buyut ( ibu dari nenek) suka sekali mendongeng. Buyut memang sudah sepuh, kulitnya sudah keriput, rambut panjangnya sudah putih semua, bahkan badannya sudah membukuk. Namun kala itu buyut masih sehat dan jarang sakit.


Sampai di rumah nenek saya langsung mengucapkan salam, namun tidak ada yang menjawab salam saya, pikir saya mungkin beliau-beliau sedang di dapur, saya bergegas menuju pintu belakang lewat samping, namun sewaktu hendak menuju pintu belakang saya meliat buyut duduk di kursi bambu yang berada di bawah pohon nangka, beliau sedang nginang( memakan daun sirih) maka saya langsung menghampiri beliau, dan mengucapkan salam.
Namun salam saya tidak di balas beliau, saya liat beliau asyik menguyah daun sirih. Saya sempat heran kok tumben-tumbennya buyut tidak mau membalas salam, atau memang baliau keasyikan makan dau sirih sehingga kurang mendengar ucapan salam saya. karena tidak ingin berlama-lama berdiri, maka saya langsung duduk di samping buyut, saya pandangi beliau kala itu, dan beliau hanya tersenyum tipis sambil membelai rambut saya, tidak seperti biasa kalau saya datang beliau selalu ceria dan bercerita macam-macam, hari itu malah cendrung diam, dan asyik sendiri makan daun sirihnya. Hanya sesekali beliau tersenyum.

Merasa di cuekin buyut, saya bergegas menuju pintu belakang, berharap nenek dan kakek di dapur, berkali-kali saya mengucapkan salam namum tetap saja tidak ada yang menjawab salam saya, aneh memang. Pikiran saya kala itu mungkin beliau-beliau sedang istirahat siang di kamar, karena tidak mungkin nenek dan kakek bepergian dan meninggalkan buyut seorang diri di rumah.
Karena tidak bisa bertemu kakek-nenek maka saya kembali ke tepat buyut, dari depan saya pandangi buyut yang tengah asyik dengan daun sirihnya, badannya yang sudah membukung, rambut putih panjangnya yang di garai, serta kulitnya yang mengeriput karena telah di makan usia, sekilas memang agak seram memandang beliau, imajinasi saya langsung terbayang sosok hantu wewe gombel seperti dalam dogeng-dongeng.
apa lagi pada masa itu saya ingat betul kalau saya nakal pasti ibu akan menakut-nakuti saya dengan dongeng wewe gombel yang suka menculik anak-anak nakal. Maka dapat di pastika saya langsung nurut ke ibu dan tidak bersikap bandel lagi. saya memang agak terganggu dengan rambut buyut yang di biarkan tergarai, karena memang biasanya rambut beliau di sanggul. Aneh dan sedikit tidak nyaman di pandang.

Puas memandangi buyut saya langsung duduk di samping beliau, saya mencoba mengajak ngobrol, namun lagi-lagi buyut hanya tersenyum saja sambil asyik meracik sirih-sirihnya. Angin yang sepoi-sepoi siang itu membuat saya tidak dapat menahan kantuk, apa lagi tadi juga kecapean karena pulang sekolah berjalan kaki, karena ibu tidak bisa menjeput.
Maka saya putuskan rebahan di kursi bambu, memang bentuk kursinya itu panjang, biasanya orang di kampung saya menamai kursi lincak. Meliat saya merebahkan badan buyut langsung membelai-belai rambut saya, langsung saya membenarkan posisi, saya langsung rebahkan kepala di pangkuan buyut. Seperti kebiasaannya, meliat saya hendak tidur buyut langsung menyanyikan tembang-tembang jawa, yang entah apa artinya.
sambil membelai rambut saya beliau terus menembang. Entah apa yang terjadi selanjutnya saya kurang faham, karena waktu itu saya langsung tertidur. Dan saya terbangun tak kala ada tangan yang menggucang -gucang badan saya dan membangunkan saya. Dengan mata yang masih terkantuk saya terbangun dan meliat nenek, kakek, buyut, serta ibu berdiri di hadapan saya, entah berapa lama saya tertidur, saya liat hari sudah mulai gelap.
karena masih setengah linglung maka saya di tuntun kakek masuk ke rumah, saya di tegur kakek kenapa magrib-magrib tidur di luar. Kakek juga memberitau kalau beliau baru saja pulang dari rumah pakdhe beserta nenek dan buyut tentunya. Saya agak bingung, kakek mengajak buyut?? lha bukannya dari siang buyut di rumah. Saya langsung bercerita ke kakek kalau tadi siang saya tidur di kursi bambu bersama buyut, bahkan buyut sendiri yang menidurkan saya sambil menyanyikan lagu jawa.
Buyut langsung berkata kalau dari pagi beliau ikut ke rumah pakdhe, jadi bagaimana mungkin beliau ada di rumah dan menidurkan saya. Yang membuat bingung lagi, ketika ibu mencari-cari saya, beliau tidak bisa menemukan saya, padahal waktu itu ibu juga sempat ke rumah nenek, jadi sangat mengherankan kalau ibu tidak meliat saya yang sedang tidur di kursi bambu.
Lantas siapa yang saya jumpai siang tadi di rumah kakek? dan kenapa pula ibu saya waktu itu tidak bisa menemukan saya. Taukah sahabat, ternyata sosok buyutku itu tak lain dan tak bukan adalah mahluk ghaib yang berdiam di sekitar rumah kakek.
namun menurut kakek dan buyut mahluk gaib itu baik dan suka menjaga rumah kakek, semenjak kejadian itu saya tidak berani lagi main-main di rumah kakek-nenek seorang diri. Mengenai kenapa ibu tidak bisa menemukan saya kala itu, menurut kakek juga karena ulah buyut palsu saya, mungkin pandangan ibu di buat tidak dapat meliat saya oleh mahluk ghaib itu.

demikian sahabat kismisnet kisah yang dapat saya sampaikan. Ada kurang lebihnya mohon dimaafkan.