“Hai teman-teman, aku mau bilang sesuatu nih” kata Firman kepada teman-temannya.
“Kamu mau bilang apa Firman?” kata Kaisa yang berada di samping Firman.
“Iya cepat katakan” Mila menambahkan.
“Begini rumah kita kan dekat dengan pantai yang katanya berhantu itu. Bagaimana kalau kita uji nyali disana?” kata Firman mengusulkan.
“Hmm, bagaimana ya, aku sih terserah kalian saja” kata Rian.
“Aku setuju saja” kata Kaisa.
“Aku sama Kaisa sama saja” Mila menjawab.
“Oke jadi besok jam 17.00 ya” kata Firman memberi tahu.
“Siap bos” kata Mila, Kaisa, dan Rian bersamaan.
“Kamu mau bilang apa Firman?” kata Kaisa yang berada di samping Firman.
“Iya cepat katakan” Mila menambahkan.
“Begini rumah kita kan dekat dengan pantai yang katanya berhantu itu. Bagaimana kalau kita uji nyali disana?” kata Firman mengusulkan.
“Hmm, bagaimana ya, aku sih terserah kalian saja” kata Rian.
“Aku setuju saja” kata Kaisa.
“Aku sama Kaisa sama saja” Mila menjawab.
“Oke jadi besok jam 17.00 ya” kata Firman memberi tahu.
“Siap bos” kata Mila, Kaisa, dan Rian bersamaan.
Keesokan harinya sebelum jam 17.00 mereka berkumpul di rumah Mila.
“Jadi bawa senjata apa kalian” tanya Mila.
“Tadi aku ketemu pedang di gudang rumah, jadi ku ambil mungkin berguna untuk nebas kepala setan” kata Rian sambil tersenyum.
“Aku bawa Al-Qur’an sama cambuk” kata Kaisa.
“Aku pisau, keris keturunan keluargaku dan Al-Qur’an” kata Firman.
“Kalau kamu apa Mila?” tanya Kaisa.
“Aku bawa macam-macam, banyak pokoknya” Mila menjawab.
“Tadi aku ketemu pedang di gudang rumah, jadi ku ambil mungkin berguna untuk nebas kepala setan” kata Rian sambil tersenyum.
“Aku bawa Al-Qur’an sama cambuk” kata Kaisa.
“Aku pisau, keris keturunan keluargaku dan Al-Qur’an” kata Firman.
“Kalau kamu apa Mila?” tanya Kaisa.
“Aku bawa macam-macam, banyak pokoknya” Mila menjawab.
Mereka pergi menuju pantai itu, setelah beberapa menit berjalan merekapun sampai ke tempat tujuan.
“Kamu duluan deh Rian aku takut” kata Firman.
“Ya, yang ngajak malah takut ayo dong berani” kata Rian sedikit mengejek.
“Ya, yang ngajak malah takut ayo dong berani” kata Rian sedikit mengejek.
Akhirnya mereka memutuskan yang masuk duluan adalah Mila.
“Cepat dong” kata Rian yang berada di belakang.
Tiba-tiba di depan mereka berdiri seorang pria besar yang di tutupi bulu.
“Genderuwo. Lari!” kata Rian.
Mereka
pun lari menjauh, setelah berlari mereka di hadang lagi oleh pocong,
Rian pun segera menebas kepala pocong itu dengan pedangnya. Tiba-tiba
Mila di tusuk perutnya oleh genderuwo tadi menggunakan bambu.
“Mila!” teriak Kaisa.
Firman
segera membaca ayat kursi setelah itu genderuwo itu menghilang. Secara
spontan Kaisa yang melihat temannya yang mati di depannya itu menangis.
“Sebaiknya kita kembali saja Firman” kata Kaisa sambil menahan tangisnya.
“Ayo dari pada ada korban lagi” kata Rian.
“Ayo dari pada ada korban lagi” kata Rian.
Mereka pun pergi menuju arah pulang tapi
tiba-tiba ada ombak yang besar, Firman pun hanyut ke laut karena itu.
Rian dan Kaisa segera melanjutkan perjalanan, setelah sampai di ujung
pantai angker, kaki Kaisa di tarik oleh kuntilanak.
“Cepat pergi Rian biarkan saja aku” kata Kaisa yang hampir menangis.
“Nggak mungkin aku biarin kita sahabatkan jadi harus tolong menolong” kata Rian.
“Allahu akbar!” sahut Rian sambil memegang pedangnya untuk melindungi Kaisa.
“Nggak mungkin aku biarin kita sahabatkan jadi harus tolong menolong” kata Rian.
“Allahu akbar!” sahut Rian sambil memegang pedangnya untuk melindungi Kaisa.
Tapi
Rian sudah terlambat karena kuntilanak itu telah memotong kepala Kaisa.
Rian yang tidak percaya akan kehilangan shabatnya itu terjatuh dan
pingsan. Saat terbangun Rian terkejut karena dia sudah berada di rumah
sakit.
0 komentar:
Posting Komentar